kelompok 1
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam
sebuah organisasi, peranan manajemen sumber daya manusia sangatlah penting bagi
tercapainya tujuan organisasi perusahaan. Sumber daya manusia mencakup
keseluruhan manusia yang ada di dalam organisasi perusahaan, yaitu mereka
yang secara keseluruhan terlibat dalam
operasionalisasi bisnis perusahaan, mulai dari level yang paling bawah, seperti
satpam, pekerja di bagian pemrosesan barang untuk jenis perusahaan produksi,
atau juga tenaga penjual langsung (direct seller) yang direkrut perusahaan
hingga ke posisi direktur utama yang menempati level teratas dalam bisnis
perusahaan. Sekalipun berbeda level, akan tetapi kesemua sumber daya manusia
tersebut memiliki peran yang sama dan signifikansi bagi tercapai tidaknya
tujuan dari perusahaan. Manajemen sumber daya manusia memiliki tempat yang
khusus dalam organisasi perusahaan. Dalam struktur organisasi perusahaan, di
antara faktor yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari para manajer adalah
manajemen sumber daya manusia. Setelah struktur organisasi didesain, kemudian setelah kewenangan dan tanggung
jawab disusun, dan pekerjaan ditentukan, maka langkah berikutnya adalah
menentukan dan menempatkan sumber daya manusia yang sesuai untuk setiap bagia
dalam organisasi
1.2
RUMUSAN MASALAH
-
Apa yang dimaksud dengan pengertian
MSDM?
-
Apa saja komponen yang terdapat dalam
MSDM?
-
Apa pentingnya MSDM?
-
Apa peranan MSDM?
-
Apa fungsi dari MSDM?
-
Bagaimana perkembangan MSDM?
-
Apa saja metode pendekatan MSDM?
1.3
TUJUAN MASALAH
`Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun mengharapkan agar semua mahasiswa dan
mahasiswi dapat mengetahui definisi, komponen, pentingnya, peranan, fungsi,
perkembangan, dan metode pendekatan dari Manajemen Sumber Daya Manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI MSDM
MSDM
bisa didefinisikan sebagai proses serta upaya untuk merekrut, mengembangkan,
memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan
perusahaan dalam pencapaian tujuannya.[1]
MSDM adalah suatu bidang manajemen yang khusus
mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur
MSDM adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan
demikian fokus yang dipelajari MSDM ini hanyalah masalah yang behubungan dengan
tenaga kerja manusia saja.
MSDM adalah bagian dari manajemen. MSDM lebih memfokuskan
pembahasan mengenai pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang
optimal. Pengaturan itu meliputi, masalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian tenaga kerjauntuk membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Jelasnya MSDM mengatur
tenaga kerja sedemikian rupa sehingga terwujud tujuan perusahaan, kepuasan
karyawan, dan masyarakat.[2]
2.2
PENTINGNYA MSDM
Pentingnya
MSDM dapat disoroti dari berbagai perspektif. Menurut S.P.siagian (1994)
perspektif tersebut yakni adalah :
a. politik ,
b. ekonomi,
c. hukum,
d. sosio-kultural,
e.administrative, dan
f. teknologi.[3]
Manajemen
adalah ilmu dan seni yang mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu . Manajemen ini
terdiri dari enam unsur yaitu: men, money, methode, materials, dan market.
MSDM khusus mempelajari hubungan
dan peran manusia dalam organisasi perusahaan. Manusia berperan aktif dan
dominan dalam setiap kegiatan organisasi karena manusia menjadi perencana,
pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Alat dan mesin modern tidak
bermanfaat tanpa peran aktif karyawan. Manusia beda dengan barang (mesin)
karena mempunyai pikiran.
2.3
KOMPONEN MSDM
Beberapa Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia
antara lain:
- Pengusaha
Yaitu setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk
memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu tergantung pada
laba yang dicapai organisasi tersebut
- Karyawan
Yaitu penjual jasa (pikiran dan tenaga) yang mendapatkan
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Karyawan berperan
aktif dalam menetapkan rencanan, sistem, proses dan tujuan yang akan dicapai.
Karyawan juga merupakan kekayaan utama dalam organisasi, tanpa keikutsertaan
mereka, aktifitas organisasi tidak akan terjadi.
Posisi karyawan dalam organisasi dapat dibedakan menjadi :
- Karyawan
Operasional
Yaitu
setiap orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai
perintah
atasan.
- Karyawan
Manajerial
Yaitu
setiap orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintahnya. Karyawan
Manajerial juga dapat digolongkan menjadi 2 komponen, yaitu :
a)
Manajerial
Unit, yaitu pemimpin
yang mempunyai wewenang lini, berhak dan bertanggung jawab langsung pada tujuan
organisasi. dalam pelaksanaannya manajerial lini sebaiknya menggunakan
pendekatan Social System dan Technical System agar hubungan
atasan dan bawahan berjalan harmonis dan mencapai hasil yang optimal.
b)
Manajer
Staff, yaitu manajer
yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan untuk memperlancar manajer
lini. Manajer ini sebaiknya menggunakan Cooperative Social System
Approach (kerja sama sosial).
- Pemimpin atau Manajer
`Yaitu seseorang yang menggunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarakan orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai tujuan.
Faktor-faktor yang mendukung Manajer dalam memimpin bawahannya
:
- Otoritas
untuk melakukan coercive power, reward power, legitimate power, expert
power dan reference power.
- Karyawan
masih mempunyai kebutuhan yang sama, termasuk kebutuhan kerja
- Orang-orang
mau bekerja sama dan hidup berkelompok karena keterbatasan fisik dan
mental
- Orang-orang
mau bekerja sama karena keinginan untuk mempertahankan hidup, berkuasa,
mendapatkan pujian dan pengakuan.
Manajemen
sumber daya manusia diperlukan dalam konteks lingkungan yang kompleks dan terus
berubah. Tiga komponen utama yang sangat penting dari konteks tersebut adalah
kepentingan strategis manajemen sumber daya manusia dan lingkungan hokum dan
sosial dari manajemen sumber daya manusia.[4]
Tujuan
MSDM sebenarnya adalah untuk meningkatkan dukungan sumber daya manusia dalam
usaha mencapai tujuan. William B. Werther dan Keith Davis mengatakan : the
purpose of human resource management is to improve the productive contribution
of people to the organization in an ettically and socially responsible way.[5]
2.4
PERANAN MSDM
Manajemen
adalah fungsi yang berhubungan dengan mewujudkan hasil tertentu melalui
kegiatan orang-orang.
Tidak jelas kapan dan dari mana istilah MSDM pertama kali
digunakan. Namun , yang perlu dicatat menurut Gomes (1995) adalah bahwa
pergantian istilah dari manajemen personalia ke MSDM dianggap sebagai suatu
gerakanyang mencerminkan pengakuaan adanya peranan vital dan semakin pentingnya
sumber daya manusia dalam suatu organisasi , adanya tantangan –tantangan yang
semakin besar dalam pengelolaan MSDM secara efektif, serta terjadinya
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan profesionalisme di bidang manajemen sumber
daya manusia.
MSDM
mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup msalah-masalah
sebagai berikut:
1. Menetapkan jumlah, kwalitas, dan
penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan
job descriptions, job specification, job requirement, dan job evalution.
2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan
penempatan karyawan.
3. Menetapkan program kesejahteraan,
pengembangan, promosi, dan pemberhentian.
4. Meramalkan penawaran dan permintaan
sumber daya manusia yang akan datang.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada
umumnya dan perkembangan perusahaan pada khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang-undang
perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan
sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan
perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan
penilaian prestasi karyawan.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal
maupun horisontal.
10. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan
pesangonnya.
Peranan MSDM di akui sangat
menentukan bagi terwujudnya tujuan, tetapi untuk memimpin unsur manusia ini
sangat sulit dan rumit.
Tenaga manusia selain cakap, mampu
dan terampil juga tidak kalah pentingnya kemauan dan kesungguhan mereka untuk
bekerja efektif dan efisien. Kemempuan dan kecakapan kurang berarti jika tidak di ikuti moral kerja dan
kedisiplinannya karyawan dalam mewujudkan tujuan.
2.5
FUNGSI MSDM
MSDM secara fungsional memiliki beberapa fungsi, dimana
fungsi-fungsi tersebut terkait satu dengan lainnya, dan aktivitas yang
dijalankan oleh MSDM sesuai dengan fungsi yang dimilikinya, dengan tujuan
peningkatan produktivitas, kualitas kehidupan kerja dan pelayanan.
-
Fungsi
perencanaan (planning) merupakan fungsi MSDM yang dinilai esensial, karena
menyangkut rencana pengelolaan SDM organisasi baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang dimana hal tersebut berkaitan erat dengan operasionalisasi
organisasi dan kelancaran kerja yang ada di dalamnya.
-
Fungsi
pengadaan (procurement) merupakan fungsi MSDM dalam usaha untuk memperoleh jenis
dan jumlah SDM yang tepat, yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
-
Fungsi
Pengembangan (development) berkaitan erat dengan peningkatan ketrampilan dan
kemampuan yang diupayakan melalui jalur pelatihan maupun pendidikan terhadap
SDM yang ada. Juga berbagai bentuk pengembangan diri untuk para karyawan yang
berprestasi.
-
Fungsi
Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan
kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat
meningkatkan loyalitas dan kebanggaan kerja.
-
Fungsi
Penggunaan (use) menekankan pada pelaksanaan berbagai tugas dan pekerjaan
oleh karyawan serta jenjang peningkatan posisi karyawan. Selain itu berkaitan
pula dengan kontraprestasi untuk karyawan yang telah berhenti bekerja, baik
yang sementara atau permanen maupun akibat pemutusan hubungan kerja sepihak.
2.6
PERKEMBANGAN MSDM
Perkembangan
MSDM didorong oleh kemajuan peradaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
tuntutan daya saing produksi barang dan jasa yang dihasilkan.
Para ahli pada abad ke-20 mengembangkan MSDM menjadi
suatu bidang studi yang khusus mempelajari peranan dan hubungan manusia dalam
mencapai tujuan organisasi. Perkembangan MSDM didorong oleh masalah-masalah
ekonomis, politis, dan sosial.
Masalah-masalah
ekonomis meliputi hal-hal berikut :
- Semakin
terbatasnya faktor-faktor produksi menuntut agar sumber daya manusia dapat
bekerja lebih efektif dan efisien.
- Semakin
disadari bahwa sumber daya manusia paling berperan dalam mewujudkan tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
- Karyawan
akan meningkatkan moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerjanya jika
kepuasan diperolehnya dari pekerjaanya.
- Terjadinya
persaingan yang tajam untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas
diantara perusahaan.
- Para
karyawan semakin menuntut keamanan ekonominya pada masa depan.
Masalah-masalah politis
meliputi hal-hal berikut:
- Hak
asasi manusia semakin mendapat perhatian dan kerja paksa tidak
diperkenankan lagi.
- Organisasi
buruh semakin banyak dan semakin kuat mengharuskan perhatian yang lebih
baik terhadap sumber daya manusia.
- Campur
tangan pemerintah dalam mengatur perburuan semakin banyak.
- Adanya
persamaan hak dan keadilan dalam memperoleh kesempatan kerja.
- Emansipasi
wanita yang menuntut kesamaan hak dalam memperoleh pekerjaan
Masalah-masalah sosial
meliputi hal-hal berikut :
- Timbulnya
pergeseran nilai di dalam masyarakat akibat pendidikan dan kemajuan
teknologi .
Misalnya : anggapan anak akan memberikan jaminan hidup di masa tua berubah menjadi uang pensiun yang akan menjamin masa tuanya. - Berkurangnya
rasa kebanggaan tehadap hasil pekerjaan, akibat adanya spesialisasi
pekerjaan yang mendetail.
Misalnya : dahulu mendesain,mengerjakan hingga selesai dikerjakan sendiri dan hasil akhirnya dapat dilihat, sekarang hanya mengerjakan satu suku cadang saja dan hasil akhirnya tidak diketahui.
Contohnya, dalam pabrik kapal terbang hanya membuat satu jenis baut. - Semakin
banyak pekerja wanita yang karena kodratnya perlu mendapat pengaturan
dengan perundang-undangan.
- Kebutuhan
manusia yang semakin beraneka ragam, material dan nonmaterial yang harus
dipenuhi oleh perusahaan.
Misalnya : masalah status sosial dan kesehatan.
Manajemen Sumber Daya Manusia ini akan terus
berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban, teknologi, dan perundang-undangan
Negara-negara di dunia.[6]
2.7 METODE PENDEKATAN
MSDM
Dalam
mempelajari MSDM ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu :
- Pendekatan
Mekanis
- Pendekatan
Paternalis, dan
- Pendekatan
Sistem Sosial
Ketiga
macam metode pendekatan ini sama-sama mempunyai kebaikan dan kelemahan. Dalam
pendekatannya., seorang manager harus dapat menerapkan secara efektif dan
selektif metide pendekatan mana yang paling tepat dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya. Pendekatan mana yang paling efektif tergantung kepada situasi dan
keadaan yang dihadapi manager. Sejarah pendekatan masa lalu kita pergunakan
sebagai cermin yang akan diimplementasikan kepada masa yang akan datang.
- Pendekatan
Mekanis
Mekanisasi
(otomaatisasi) adalah mengganti peranan tenaga kerja manusia dengan tenaga
mesin untuk melakukan pekerjaan. Penggantian ini didasarkan kepada pertimbangan
ekonomis, kemanusiaan, efektivitas, dan kemampuian yang lebih besar dan lebih
baik.
Pendekatan
mekanis ini menitikberatkan analisisnya kepada spesialisasi, efektivitas,
standarisasi, dan memperlakukan karyawan sama dengan mesin. Spesialisasi
semakin mendalam dan pembagian kerja semakin mendetail sebagi akibat
perkembangan perusahaan dan kemajuan teknologi canggih. Dalam hal ini seorang
pekerja hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan saja.
Keuntungan
spesialisasi ini, pekerja semakin terampil dan efektivitas semakin besar.
Kelemahannya, pekerjaan membosankan para pekerja, mematikan kreativitas, dan
kebanggaan mereka dalam bekerja semakin berkurang.
Standardisasi
diterapkan sehingga terjadi pemindahan pekerjaan dari manusia kepada mesian
antara komponen yang satu dengan komponen yang lain dapat saling dipertukarkan
serta spesialisasi mesin-mesin, peralatan, tata letak, dan pabrik pada umumnya.
Standardisasi
di terapkan cukup mendalam dan jika ada suku cadang mesin yang rusak dapat
diganti serta penggantian ini dapat dikuasai sepenuhnya. Praktek semacam
penggantian busi tadi tidak dapat diterapkan kepada karyawan karena tidak dapat
dikuasai sepenuhnya. Misalnya, busi kotor, spesialisasinya hanya untuk
menyambung api dan telah distandarisasi. Jika busi tersebut rusak maka dapat
diganti dengan busi yang baru dan tidak menimbulkan masalah karena dapat
dikuasai sepenuhnya.
Praktek
semacam penggantian busi tadi tidak dapat diterapkan kepada karyawan karena
tidak dapat dikuasai sepenuhnya sebab karyawan itu mempunyai pikiran, perasaan,
cita-cita, harga diri, dan sebagainya.
Manager
tidak dapat seenaknya saja memberhentikan seorang karyawan dan menggantinya dengan karyawan baru (
seperti mengganti suku cadang mesin), sebab pemberhentian (PHK) telah diatur
dalam undang-undang perburuhan. Misalnya, peraturan Manaker No. 04/1986 yang
mengatur tata cara PHK dan penetapan uang pesangon jasa dan anti kerugian; PHK
adalah legal menurut undang-undang No. 22/1957.
Pendekatan
mekanis ini akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah berikut :
- Pengangguran
teknologis
Mekanisasi
bahwa pekerjaan yang dilaksanakan dengan metode padat karya ( labor intensive)
menjadi metode utama modal ( capital intensive). Penggantian metode kerja ini
akan mengakibatkan banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya, sebab tenaga
satu mesin dapat mengganti pekerjaan banyak orang.
Misalnya,
menghitung bunga kredit Rekening Koran secara manual dapat dilakukan oleh 10
orang pekerja, pekerjaan ini akan dapat dilakukan hanya dengan satu computer
dengan hasil lebih baik dan lebih cepat, sedang komputer tadi operatornya hanya
satu orang saja. Jadi akan menimbulkan 9 orang penganggur dan penganggur inilah yang disebut dengan
pengangggur teknologis.
Modernisasi
ini janganlah terlalu ditakuti, karena secara makro ekonomis pendapatn nasional
semakin besar yang berarti semakin banyak proyek yang akan dibuka dan lapangan
kerja juga akan semakin banyak.
- Keamanan
ekonomis
Keamanan
ekonomis dimaksudkan ketika seorang karyawan takut di-PHK, sehingga dia
kehilangan pekerjaan yang mengakibatkan kehilangan pendapatannya,
ketidakpastian pekerjaan karena mekanisasi, apalagi usia dan tanggunggannya
yang semakin berat maka perasaan semakin tidak aman dalam arti ekonomi.
Jelasnya keamanan ekonomis ini selalu menghantui perasaan kurang aman, takut
di-PHK akibat mekanisasi ini.
- Organisasi
buruh
Pengangguran
teknologi, keamanan ekonomis dan politis mendorong terbentuknya organisasi
buruh atau serikat-serikat buruh. Organisasi buruh ini mulanya terbentuk dalam
setiap perusahaan, tetapi kemudian berkembanglah organisasi buruh nasional dan
internasional.
Organisasi
buiruh ini berkembang dan semakin kuat dengan tujuan utama melindungi
kepentingan buruh dari perlakuan yang sewenang-wenang oleh majikan atau manager
serta ditunggangi oleh unsur-unsur politis dari golongan-golongan tertentu.
Organisasi
buruh yang kuat akanmenyulitkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan berbagai
kebijaksanaannya, bahkan sering pimpinan organisasi buruh harus diikutsertakan
dalam penetapan kebijaksanaan yang akan diambil. Misalnya, manager tidak dapat
sewenang-wenang memecat buruh, lamanya
jam kerja, uang lembur, dan lain-lain.
Reaksi
manager atau majikan untuk menghadapi organisasi buruh, antara lain sebagai
berikut :
1.
Menolak mempekerjakan mereka yang
menjadi anggota serikat organisasi buruh,
2.
Membuat daftar hitam (black list)
mengenai orang-orang yang telah masuk organisasi buruh dan daftar ini diedarkan
kepada perusahaan-perusahaan lain.
3.
Memasukkan unsur politik sebagai alasan
penolakkan pembentukkan organisasi buruh perusahaan.
- Kebanggaan
dalam pekerjaan
Dengan
pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi secara mendetail maka setiap
buruh hanya mengerjakan semacam pekerjaan saja. Hal ini akan meningkatkan
keterampilannya, tetapi disisi lain pekerjaan menjadi membosankan, dan
kebanggaaan terhadap pekerjaan semakin rendah, sebab hasil akhir dari pekerjaan
itu di rasa kurang berarti.
Pendekatan
mekanis banyak menimbulkan masalah disamping mendatangkan keuntungan. Untuk
mengatasi akibat yang timbul, para manager harus melakukan pendekatan
paternalis.
2.
Pendekatan Paternalis
Pada
pendekatan paternalis ( Paternalistik Approach), manager untuk pengarahan
bawahannya bertindak seperti bapak terhadap anak-anaknya. Para bawahan
diperlakukan dengan baik, fasilitas-fasilitas diberikan, bawahan dianggap
sebagai anak-anaknya. Misalnya, diberikan pinjaman uang serta didirikan took
sehingga karyawan dapat membeli keperluannya secara kredit.
Tegasnya
karyawan dianggap serta diperlakukan oleh manager sebagai anak-anaknya saja.
Pendekatan ini mengakibatkan karyawan menjadi manja, malas, sehingga produktivitasnya
turun. Akhirnya laba berkurang bahkan perusahaan bisa rugi dan kelangsungan
hidupnya terancam. Hal ini mendorong timbulnya pendekatan sistem sosial.
3.
Pendekatan Sistem Sosial
Pendekatan
sistem sosial ini memandang bahwa organisasi/perusahaan adalah suatu sistem
yang kompleks yang beroperasi dalam lingkungan yang kompleks yang bisa disebut
sebagai sistem yang ada diluar. [7]
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
-
MSDM bisa didefinisikan sebagai proses
serta upaya untuk merekrut, mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi
keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan dalam pencapaian
tujuannya.
-
Komponen dari MSDM adalah pengusaha,
karyawan, dan manajer
-
Fungsi-fungsi dari MSDM antara lain, fungsi perencanaan,
fungsi pengadaan, fungsi perkembangan, fungsi pemeliharaan, fungsi penggunaan
-
Perkembangan MSDM terjadi ketika Para
ahli pada abad ke-20 mengembangkan MSDM menjadi suatu bidang studi yang khusus
mempelajari peranan dan hubungan manusia dalam mencapai tujuan organisasi.
Perkembangan MSDM didorong oleh masalah-masalah ekonomis, politis, dan sosial.
-
Dalam mempelajari MSDM ada tiga
pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu : Pendekatan Mekanis, Pendekatan
Paternalis, dan Pendekatan Sistem Sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Griffin, Manajemen, Erlangga, Jakarta, 2004
Efendi Hariandja, Marihot Tua , Manajemen Sumber
Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan
Produktivitas Pegawai, PT.Grasindo, Jakarta , 2007)
Suharyanto, Hadrianus, dan Agus Herianto Hadno,
Manajemen Sumber Daya Manusia, Media Wacana, Yogyakarta, 2005
S.P Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bumi Aksara, Jakarta, 2005
Tisnawati Sule, Ernie dan Saefullah, Kurniawan, Pengantar Manajemen,
Kencana Prenadan Group, Jakarta, 2005
[1]
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2005, h. 194
[2]
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi, Jakarta: Bumi
Aksara, 2005, h. 9
[3]
Erwan ,manajemen sumber daya manusia,
Yogyakarta, CV. Adipura, 2005, h. 15-20
[4]
Griffin, Manajemen (ed.7) (Jakarta : Erlangga, 2004), h. 414
[5]
Marihot Tua EfendiHariandja, Mnajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas Pegawai (Jakarta:
PT.Grasindo, 2007), h. 3
[6]
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005) h. 15-16
[7]Ibid,
h. 16-20
KELOMPOK 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
sumber daya yang penting dalam manajemen adalah sumber daya manusia atau human
resources. Pentingnya sumber daya manusia ini, perlu disadari oleh semua
tingkatan manajemen. Bagaimanapun majunya teknologi saat ini, namun faktor
manusia tetap memegang peranan penting bagi keberhasilan suatu
organisasi. Menurut Buchari Zainun (2001, hal. 17), manajemen sumber daya
manusia merupakan bagian yang penting, bahkan dapat dikatakan bahwa manajemen
itu pada hakikatnya adalah manajemen sumber daya manusia atau manajemen sumber
daya manusia adalah identik dengan manajemen itu sendiri.
Adanya anggapan bahwa
sering terjadinya pemborosan dalam pemanfaatan sumber daya manusia atau
pekerja. Keadaan ini berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari organisasi,
dan juga penghasilan pekerja itu sendiri. Selain pemborosan, juga
faktor-faktor yang berkaitan dengan kelalaian pekerja, misalnya terjadi
kecelakaan serta biaya pengembangan kemampuan atau kompensasi SDM.
Semuanya merupakan biaya yang harus diperhitungan dalam menghitung biaya
produksi. Biaya tersebut sering disebut sebagai biaya sosial yang harus
ditanggung bersama-sama oleh pihak-pihak yang bersangkutan, seperti masyarakat,
pemilik usaha dan pekerja sendiri. Biaya sosial ini kadang-kadang dapat
melebihi biaya produksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pengadaan ?
2. Apa
tujuan dari Pengadaan ?
3. Bagaimana
analisis pekerjaan ?
4. Bagaimana
spesifikasi dan evaluasi pekerjaan ?
5. Bagaimana
penyederhanaan pekerjaan serta pengayaan dan persyaratan pekerjaan ?
6. Bagaimana
proses atau langkah-langkah pengadaan dalam pengrekrutan karyawan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan pengadaan .
2. Untuk
mengetahui apa tujuan Pengadaan.
3. Untuk
mengetahui bagaimana analisis pekerjaan .
4. Untuk
mengetahui bagaimana spesifikasi dan evaluasi pekerjaan .
5. Untuk
mengetahui bagaimana penyederhanaan pekerjaan serta pengayaan dan persyaratan
pekerjaan.
6. Untuk
mengetahui bagaimana proses atau langkah-langkah pengadaan dalam pengrekrutan
karyawan .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengadaan
Pengadaan sumberdaya manusia adalah suatu proses kegiatan mengisi
formasi yang lowongan, mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran,
penyaringan sampai dengan pengangkatan dan penempatan. Pengadaan sumberdaya
manusia merupakan salah satu upaya dari pemanfaatan. Jadi pengadaan disini
adalah upaya penemuan calon dari dalam organisasi maupun dari luar untuk
mengisi jabatan yang memerlukan SDM yang berkualitas.
Pengadaan (procurement) adalah fungsi
operasional pertama MSDM. Pengadaan karyawan merupakan masalah penting, sulit
dan kompleks karena untuk mendapatkan dan menempatkan orang-orang yang
kompeten, serasi, serta efektif tidaklah semudah membeli dan menempatkan mesin.
Karyawan adalah asset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku
aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran,
perasaan, keinginan, status danlatar belakang pendidikan, usia, dan jeni
kelamin yang heterogen yang di bawa ke dalam organisasi perusahaan. Karyawan
bukan mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta
diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Karyawan yang
cakap, mampu, dan terampil belum menjamin produktivitas keja ygna baik,
kalau moral kerja dan kedisiplinannya rendah. Mereka baru bermanfaat dan
mendukung terwujudnya tujuan perusahaan jika mereka berkeinginan tinggi untuk
berprestasi. Karyawan yang kurang mampu, kurang cakap, dan tidak terampil
mengakibatkan pekerjaan tidak selesai tepat pada waktunya. Pengadaan
karyawan harus didasarkan pada prinsip apa baru siapa[1].
Apa artinya kita harus terlebih dahulu
menetapkan pekerjaan-pekerjaannya berdasarkan uraian pekerjaan (jobdescription)
Siapa artinya kita baru mencari
orang-orang yang tepat untuk menduduki jabatan tersebut sesuai spesifikasi
pekerjaan (job specification).
Pengadaan karyawan berdasarkan siapa kemudian baru apa akan menimbulkan mismanajemen dalam
penempatannya. Penempatan karyawan yang jauh di bawahkemampuannya ataupun
diluar kemampuannya mengakibatkan moral kerja dan kedisiplinankaryawan rendah.
Jadi, kita harus menugaskan seorang karyawan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya dan memberikan pekerjaan yang disenanginya.
Fungsi
pengadaan tenaga kerja, meliputi kegiatan penentuan kebutuhan tenaga kerja
(baik mengenai mutu maupun jumlahnya), mencari sumber-sumber tenaga kerja
secara efektif dan efisien, mengadakan seleksi terhadap para calon tenaga
kerja, menempatkan tenaga kerja sesuai dengan posisi yang sesuai, dan
memberikan pendidikan serta latihan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas
bagi para tenaga kerja baru.
B. Tujuan Pengadaan
Tujuan pengadaan sumberdaya manusia adalah sebagai berikut :
1. Aspek
Kuantitatif
Kuantitatif
berhubungan dengan jumlah. Pengadaan SDM dilihat dari aspek kuantitatif brtujuan unutk menjamin jumlah personalia yang
tepat. Untuk mencapai tujuan tersebut fungsi ini menggunakan dua perangkat:
perangakat analisis beban kerja (workload analysis) yang bertujuan untuk
menentukan berapa jumlah personalia yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban yang tepat dilimpahkan
kepada seorang petugas
perangkat analisis angkatan kerja (workforce analysis) yang bertujuan untuk
menentukan kebutuhan akan personalia yang dipergunakan untuk dapat
mempertahankan kesinambungan normal suatu organisasi.
2. Aspek
Kualitatif
Pengadaan
SDM dilihat dari aspek kualitatif, bertujuan untuk menjamin mutu personalia
yang tepat. Kiblat yang digunakan untuk menjamin aspek kualitatif adalah kiblat
pada standar personalia yang dilakukan melalui:
analisis jabatan (job analysis) yang akan meneliti segala
fakta pekerjaan dan segala hal yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan memperhatikan kesanggupan setiap komponen.
deskripsi jabatan (job description) yang akan menjelaskan
tanggung jawab dan wewenang untuk suatu jabatan tertentu.
spesifikasi perkerjaan (job specification) untuk menetapkan
syarat dan kondisi untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan efektif.
C. Analisis Pekerjaan
Analisis
pekerjaan terdiri atas dua kata, analisis dan pekerjaan. Analisis merupakan
aktivitas berpikir untuk menjabarkan pokok persoalan menjadi bagian, komponen,
atau unsur, serta kemungkinan keterkaitan fungsinya. Sedangkan pekerjaan adalah
sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan sedang dan telah
dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian
analisis pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji,
mempelajari, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu
pekerjaan secara sistematis dan sistemik (Sastrohadiwiryo, 2002:127) atau suatu
informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam
suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Analisis pekerjaan merupakan bagian dari
perencanaan sumber daya manusia.
Menurut
Flippo (1994), “Analisis pekerjaan adalah proses mempelajari dan mengumpulkan
informasi yang berhubungan dengan operasi dan tanggung jawab suatu pekerjaaan
tertentu.” Flippo menekankan bahwasanya ada dua kegiatan utama dalam analisis
pekerjaan, yaitu mengumpulkan informasi tentang operasi dan tanggung jawab
suatu pekerjaan dan mempelajarinya lebih mendalam.
Menurut
Dessler (2006) analisis pekerjaan merupakan prosedur yang dilalui untuk
menentukan tanggung jawab posisi-posisi yang harus dibuatkan stafnya , dan
karakteristik orang-orang yang bekerja untuk posisi-posisi tersebut. Analisis
pekerjaan memberikan informasi yang digunakan untuk membuat deskripsi pekerjaan
(daftar tentang pekerjaan tersebut), dan spesifikasi pekerjaan (jenis orang
yang harus dipekerjakan untuk pekerjaan tersebut). Oleh sebab itu, menurut
Dessler penyelia atau spesialis dalam sumber daya manusia biasanya mengumpulkan
beberapa informasi berikut melalui analisis pekerjaan, (1) aktivitas pekerjaan,
(2) perilaku manusia, (3) mesin, perangkat, peralatan, dan bantuan pekerjaan,
(4) standar prestasi, (5) konteks pekerjaan, dan (6) persyaratan manusia.
Analisis pekerjaan penting dilakukan sebelum diadakan
perekrutan tenaga kerja. Adapun Manfaat analisis pekerjaan akan memberikan
informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar, konteks pekerjaan, persyaratan
personalia (personnel requirement),
perilaku manusia dan alat-alat yang akan dipergunakan.
Sedangkan menurut Flippo (1994), hasil-hasil dari
analisis pekerjaan, seperti uraian dan spesifikasi pekerjaan akan dapat
digunakan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut, (1) pengabsahan atas
prosedur-prosedur pengangkatan, (2) pelatihan, (3) evaluasi pekerjaan, (4)
penilaian prestasi, (5) pengembangan karir, (6) organisasi, (7) perkenalan, (8)
penyuluhan, (9) hubungan perburuhanm dan (10) penataan kembali pekerjaan.
Sebuah penelitian yang dikemukakan oleh Flippo terhadap 899 perusahaan
menunjukkan bahwa hasil proses analisis pekerjaan dipergunakan untuk, membuat
rincian kerja (75%), pelatihan (60%), penyusunan tingkat upah dan gaji (90%),
menilai personalia (60%), pemindahan dan promosi (70%), pengorganisasian (50%),
orientasi karyawan baru (36%), penyuluhan (25%), dan seterusnya.
·
Metode Analisis Pekerjaan
Menurut Sastrohadiwiryo (2002),
metode yang biasa digunakan dalam analisis pekerjaan adalah metode kuesioner,
metode wawancara, metode pencatatan rutin, dan metode observasi,
1. Metode
kuesioner digunakan sebagai alat pengumpul data secara tertulis dibagikan
kepada tenaga kerja operasional atau para kepala departemen, untuk mengisi
keterangan dan fakta yang diharapkan. Pada umumnya kuesinoer memuat (1)
pertanyaan mengenai pekerjaan yang dilakukan, (2) tanggung jawab yang
diberikan, (3) kecakapan, keahlian, atau pelatihan yang diperlukan, (4) kondisi
yang diharapkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan (5) figur atau jenis
yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
2. Metode
wawancara dilakukan denga tenaga kerja operasional atau dengan kepala
departemen mereka, dan dapat juga dengan kedua-duanya. Di samping itu, para
penyelia sering ditugaskan untuk memperoleh data analisis pekerjaan. Keuntungan
dari metode ini adalah penyajian keterangan dan fakta dari pihak pertama. Namun
metode ini sangat membutuhkan waktu yang cukup lama.
3. Metode
selanjutnya yang dapat digunakan dalam analisis data yaitu metode pencatatan
rutin. Dalam metode ini, tenaga kerja diperintahkan mencatat hal yang
dikerjakan tiap hari secara rutin, alokasi yang dibutuhkan, saat dimulai dan
saat akhir tiap-tiap tugas itu dilakukan. Alokasi waktu yang lama, dan
pengerjaan yang cermat dan rutin merupakan kelemahan dari metode ini.
4. Metode
observasi pada umumnya dilakukan oleh job analyst yang sebelumnya memperoleh
pelatihan dan upgrading secara khusus. Metode observasi biasanya tidak
dilakukan bersamaan dengan metode wawancara job analyst mengadakan
observasi terhadap masing-masing pekerjaan dan mengadakan wawancara dengan
tenaga operasional serta kepala departemen mereka.
D. Uraian Pekerjaan
Dalam prosesnya analisa jabatan akan menghasilkan
sebuah uraian jabatan. Definisi dari suatu Uraian Jabatan adalah “ringkasan aktivitas-aktivitas
yang terpenting dari suatu jabatan, termasuk didalamnya tugas dan tanggung
jawabnya”. Dengan kata lain Uraian Jabatan menjelaskan mengenai apa yang harus
dikerjakan, mengapa dikerjakan, dimana dikerjakan dan secara ringkas bagaimana
mengerjakannya. Penulisannya dapat dalam format yang disesuaikan dengan
kebutuhan dari masing-masing organisasi.Namun secara umum dapat dibagi dalam
lima kelompok.
1.
Identifikasi.
Dalam bagian ini dituliskan natara lain: nama jabatan, departemen, divisi, nama pemegang jabatan, nama atasan pemegang jabatan dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
Dalam bagian ini dituliskan natara lain: nama jabatan, departemen, divisi, nama pemegang jabatan, nama atasan pemegang jabatan dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
2.
Ringkasa Umum.
Disini dituliskan ringkasan dari
aktivitas jabatan tersebut. Para Job Analyst sepakat untuk membatasi dengan
sekita empat kalimat atau tiga puluh kata.
3.
Tugas dan Tanggung Jawab yang
terpenting. Bagian ini menuliskan lebih detail mengenai pekerjaan tersebut
tetapi ringkas. Disarankan untuk menuliskan hanya aktivitas-aktivitas yang
menyita lima persen lebih watu bekerja.
4.
Spesifikasi Jabatan.
Pada dasarnya bagian ini menjelaskan
kualitas ata spesifikasi apa yang diperlukan untuk mengerjakan jabatan ini. Ini
dikenal dengan “KSA requirement” yang merupakan ringkasan dari :
·
Knowledge, jika berkatian dengan
aktivitas mental
·
Skill, jika berkaitan dengan
aktivitas phisik
·
Abillities untuk hal yang berkenaan
dengan bakat.
5.
Disclaimer dan Approval
Persetujuan pemegang jabatan dan
atasannya perlu dicantumkan dengan menandatangani bagian ini. Disclaimer
menjelaskan batasan-batasan yang biasanya diperlukan untuk kepentingan legal.
Uraian pekerjaan harus diuraikan
secara jelas agar pejabat yang akan menduduki jabatan tersebut mengetahui
tugas, tanggung jawab, dan standar prestasi yang harus dicapainya. Uraian
pekerjaan harus menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi pekerjaan, supaya
pengisian jabatan didasarkan apa baru siapa sehingga mismanajemen
dapat dihindari[2].
E.
Spesifikasi dan Evaluasi Pekerjaan
Ø Spesifikasi Pekerjaan
[3]Spesifikasi pekerjaan (job spescification) adalah sebuah daftar
pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan karakteristik lainnya yang harus dimiliki
oleh individu untuk melaksanakan sebuah pekerjaan. Pengetahuan mengacu ke
informasi prosedural dan faktual yang diperlukan bagi pelaksanaan sebuah tugas
secara berhasil. Spesifikasi pekerjaan
penting karena beberapa alasan :
1. Pekerjaan tertentu mempunyai kualifikasi yang diharuskan oleh undang-undang
2. Jenis spesifikasi pekerjaan yang lain berdasarkan tradisi profesional
3. Spesifikasi pekerjaan dapat melibatkan pembuatan standar atau kriteria
tertentu yang dianggap perlu bagi kinerja yang berhasil.
[4]Spesifikasi pekerjaan disusun berdasarkan
uraian pekerjaan dengan menjawab pertanyaan tentang cirri, karakteristik,
pendidikan, pengalamanm dan yang lainnya dari orang yang akan melaksanakan
pekerjaan tersebut dengan baik. Spesifikasi pekerjaan menunjukkan persyaratan
orang yang akan direkrut dan menjadi
dasar untuk melaksanakan seleksi. Spesifikasi pekerjaan memberkan uraian
informasi mengenai hal-hal berikut:
1. Tingkat pendidikan pekerja
2. Jenis kelamin pekerja
3. Keadaan fisik pekerja
4. Pengetahuan dan kecakapan pekerja
5. Batas umur pekerja
6. Nikah atau belum
7. Minat pekerja
8. Emosi dan temperamen pekerja
9. Pengalaman pekerja
Contoh spesifikasi pekerjaan:
PEKERJAAN CV SAKTI PARLINDUNGAN
Spesifikasi Pekerjaan
Nama
Jabatan : Kepala Bagian Komputer
Kode
Jabatan : R-239
Tanggal : 2 Oktober 1968
Penyusun : Syachril, R.A.
Departemen : Divisi Administrasi
Lokasi : Jongjolong 22 Bandung
Persyaratan Pekerjaan
Pendidikan : Akademi Komputer, menguasai computer,
mempunyai keterampilan dalam menggunakan computer, dan memprogram computer.
Pengalaman : 3 tahun bekerja di bidang computer.
Persyaratan fisik : Kesehatan baik untuk melakukan pekerjaan dan mempunyai stamina
serta daya tahan cukup kuat untuk melaksanakan tugas-tugas berat.
Persyaratan mental : Jujur,
inisiatif dan kreatif, dapat mengambil keputusan secara cepat, mampu
menganalisis dan membuat berbagai output informasi yang bermutu tinggi.
Supervisi : Rentang kendali 3 – 9 orang lulusan SMTA.
Mampu berkomunikasi efektif lisan maupun tertulis, vertical dan horizontal
dalam perusahaan.
Kondisi kerja : Baik, 75% duduk di atas kursi yang nyaman,
tenang, dan dalam ruangan yang ber-AC.
Ø
Evaluasi Pekerjaan
[5]Evaluasi pekerjaan (job evaluation) adalah
menilai berat atau ringan, mudah atau sukar, besar atau kecil risiko pekerjaan
dan memberikan nama, ranking (peringkat), serta harga atau gaji suatu jabatan.
Jika
pekerjaan berat, sukar, berisiko besar, dan ranking jabatan semakin tinggi maka
harga atau gaji semakin besar, tetapi sebaliknya apabila pekerjaan mudah,
ringan, risiko kecil, tanggung jawab kecil, dan ranking jabatan rendah, maka
harga atau gaji jabatannya semakin kecil.
[6]Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk keperluan evaluasi pekerjaan.
Tetapi metode point-faktor adalah yang paling sering dipakai dewasa ini. Metode
point-faktor ini membandingkan antar pekerjaan berdasarkan skala kesulitan
masing-masing dengan memberikan angka atau nilai tertentu guna mempermudah
perbandingan diantara pekerjaan-pekerjaan itu secara numeric. Metode
point-faktor ini menuntut beberapa persyaratan, yakni :
1. Menganalisis semua pekerjaan yang ada didalam organisasi
2. Seleksi factor-faktor nilai pekerjaan yang ada diseluruh jabatan
(pekerjaan dipisahkan menurut jenisnya, sehingga dapat dikembangkan ukuran
kompensasi bagi masing-masing jenis pekerjaan yang ada)
3. Pertimbangkan factor-faktor nilai pekerjaan, sehingga nilai paling
maksimal bagi suatu pekerjaan adalah 100 (factor-faktor ini, misalnya
kecakapan, risiko dan tanggung jawab, yang masing-masing diberi skor/nilai
tertentu)
4. Kembangkan tingkat kualitas masing-masing factor nilai pekerjaan
tersebut, dan berikan point pada masing-masing tingkat kualitas yang ada dalam
setiap job worth factor. Job worth factor ini dapat berupa skill (professional,
teknis dan sejenis lainnya), working conditions (tingkat risiko, bahaya dan
menyenangkan/tidaknya) dan responsibility. Evaluasikan pekerjaan berdasarkan
job worth factor masing-masing pekerjaan dan hitung total pointnya
5. Tetapkan besarnya pembayaran yang realistic bagi
pekerjaan-pekerjaan yang benchmark berdasarkan perbandingan pasar dengan
pekerjaan yang serupa dimana saja
6. Bayar pekerjaan-pekerjaan benchmark berdasarkan nilai pasar, dan
bayar pekerjaan yang lain berdasarkan point keseluruhannya masing-masing.
Metode job point-faktor ini diakui diakui sangat stabil dan dapat
dipercaya. Asalkan sudah dipertimbangkan secara baik berbagai dimensi
pekerjaannya, dan sudah ditetapkan point factor masing-masing, maka pemberian
nilai selanjutnya dianggap lebih valid.
Metode point-faktor ini juga mempunyai kelemahan karena mungkin
timbul ketidakadilan pada penggajian terhadap orang yang ada pada pekerjaan
yang sama. Hal ini karena metode ini hanya member kompensasi pada orang
berdasarkan nilai relatif dari pekerjaan mereka, ketimbang berdasarkan kualitas
performansi para pekerja dalam pekerjaan-pekerjaan itu. Dalam evaluasi,
disamping factor nilai pekerjaan, juga cirri-ciri yang terkait dengan pekerjaan
harus dijadikan criteria dalam penetapan gaji.
F. Penyederhanaan Pekerjaan
[7]Penyederhanaan pekerjaan adalah penggunaan logika untuk mencari
penggunaan yang paling ekonomis dari usaha manusia, materi, mesin-mesin, waktu
dan ruangan agar cara- cara yang paling baik dan paling mudah dalam mengerjakan
pekerjaan dapat digunakan.
Prinsip
penyederhanaan pekerjaanialah agar pemborosan dalam rangka melaksanakan
pekerjaan harus dapat ditiadakan dengan jalan menerapkan penyederhanaan
–penyederhanaan pekerjaan secara mantap, menekankan usaha membuat setiap
komponen pekerjaan menjadi produktif melalui jalan penerapan akal sehat yang
terutama dibantu oleh partisipasi pengetahuan pekerja.
Penyederhanaan
pekerjaan terjadi karena spesialisasi yang lebih mendetai diterapkan dalam
perusahaan tersebut. Ini berarti pekerjaan disederhanakan. Tugas tugas suatu
pekerjaan dibagi menjadi dua. Pekerjaan –pekerjaan yang masih ada berisi tugas
tugas yang lebih sedikit.
Simpikasi
pekerjaan ini mengakibatkan hal-hal berikut
1.
Struktur
organisasi perusahaan semakin melebar
2.
Pekerjaan
bisa menjadi terlalu terspesialisasi, sehingga menimbulkan kebosanan yang pada
gilirannya menyebabkan kesalahan-kesalahan atau permintaan keluar.
3.
Pekerjaan
semakin produktif sehingga keuntungan ekonomis dari spesialisasiakan diperoleh.
Contoh simplifikasi pekerjaan
Pada uraian pekerjaan, jabatan Ali tercantum “ mencatat surat-surat
masuk dan surat surat keluar dalam buku agenda serta mengantarkan surat-surat
keluar ke kantor pos. Tetapi karena perusahaan semakin banyak surat-surat yang
akan diagenda, maka tugas untuk mengantarkan surat dikerjakan oleh Badu. Jadi
pekerjaan Ali dikurangi, spesialisasinya hanya mengagenda surat saja. Tetapi
terhadap Ali disini bukan promosi, demosi atau lateral, sebab jabatannya tetap,
Cuma pekerjaanya yang dikurangi.
Penganalisis pekerjaan perlu memperhitungkan / merumuskan :
a.
Job
content ( isi pekerjaan ) adalah bagian persoalan uyang pertama dalam
mengorganisasi keputusan. Ini meyangkut penetapan persyaratan tugas atas
tiap-tiap pekerjaan dalam organisasi.
b.
Job
depth ( Kedalaman pekerjaan ) akan menunjukkan kepada jumlah pengendalaian yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengubah atau mempengaruhi pekerjaan dan
lingkungan sekelilingnya.
c.
Job
range ( jajaran pekerjaan ) menunjukkan jumlah operasional yang dilakukan oleh
pemegang pekerjaan untuk menyelesaikan suatu tugas.
d.
Job
rotation ( rotasi pekerjaan ) sebuah bentuk latihan yang menyangkut pemindahan
seorang karyawan dari suatu pekerjaan kepada pekerjaan lainnya. Disamping
sasaran latihan, prosedur ini didesain juga untuk mengurangi kebosanan.
e.
Job
order technology ( teknologi pekerjaan menurut pesanan ) adalah bentuk produksi
dimana produk disesuaikan menurut spesifikasi pelanggan.
Federick
Herzberg :
Pekerjaan pekerjaan yang terlalu rutin atau terlalu terspesialisasi
jarang menawarkan kesempatan gas untuk pertumbuhan psikologis, penghargaan yang
berusaha meningkatkan efisiensi tugas dan kepuasan manusia dengan memberikan
jangkauan pekerjaan yang lebih luas bagi prestasi dan penghargaan, memberikan
pekerjaan yang lebih menantang dan lebih banyak tanggung jawabnya dan dengan
memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk maju dan berkembang. Herzberg
memberikan metode untuk memperbaiki kondisi pekerjaan yang terlalu
terspesifikasi ini dengan perluasan pekerjaan secara horizontal ( perluasan
pekerjaan ) dan secara vertikal ( pemerkayaan pekerjaan )
Perluasan pekerjaan adlah memperbanyak tugas atau pekerjaan kepada
seseorang karyawan dalam jabatannya untuk meningkatkan variasi pekerjaan dan
mengurangi sifat pekerjaan yang
membosankan. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih tetap, tambahan
pekerjaan dapat dikerjakan.
Dalam kasus perluasan pekerjaan masalah pokok adalah menghentikan
spesialisasi yang berlebihan untuk mengarungi kebosanan dan sifat monoton.
Dengan cara ini diharapkan akan dihasilkan prestasi yang lebih baik dan membuat
karyawan lebih terpusatkan dan termotivasi secara efektif.
G. Pengayaan dan Persyaratan
Pekerjaan
Ø Pengayaan Pekerjaan
Pengayaan
pekerjaan adalah perluasan pekerjaan dan tanggung jawab secara vertical yang
akan di kerjakan seseorang pejabat dalam jabatannya. Perluasan pekerjaan ini
merupakan suatu perubahan yang di rencanakan
(planned-change) pada berbagai
kegiatan pekerjaan untuk memberikan variasi yang lebih besar kepada seseorang
karyawan yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan lebih. Perluasan secara
vertical diterapkan untuk dapat memberikan kepada karyawan kepusan lebih b esar
dan kesempatan bagi pengembangan pribadinya. Para karyawan diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial pekerjaan mereka di
samping operasionalnya[8].
Ø Pesyaratan Pekerjaan
Persyaratan
pekerjaan adalah persyaratan-persyaratan jabatan tentang keterampilan yang dikehendaki.
Misalnya:
Sopir mempunyai SIM B Umum. Usia tidak lebih dari 45 tahun, jujur, penyabar, dan lain-lain.
Setelah
di ketahui uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, evaluasi pekerjaan,
persyaratan pekerjaan, dan lainnya maka barulah melakukan penarikan karyawan
yang akan mengisi lowongan-lowongan yang kosong dalam perusahaan tersebut.
Seperti
yang dijelaskan bahwa pengadaan (perekrutan) adalah proses penarikan, seleksi,
penempatan, dan orientasi secara induksi dengan maksud untuk memperoleh karyawan
yang kompeten sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
H. Proses atau Langkah-Langkah
Pengadaan dalam Perekrutan Karyawan
Adapun proses atau langkah-langkah
pengadaan dalam perekrutan karyawan di antaranya :
1.
Peramalan
kebutuhan tenaga kerja
Pengenalan kebutuhan tenaga kerja
dimaksudkan agar jumlah kebutuhan tenaga kerja masa kini dan masa depan sesuai
dengan beban pekerjaan, kekosongan- kekosongan dapat dihindarkan dan semua
pekerjaan dapat dikerjaan. Peramalan kebutuhan tenaga kerja ini harus didasarkan
kepada informasi faktor internal dan eksternal perusahaan.
Faktor internal dan
eksternal perusahaan adalah sebagai berikut.
a. Jumlah
produksi
Bahwa jumlah produksi
yang akan dihasilkan menentukan banyaknya karyawan yang dibutuhkan oleh setiap
perusahaan. Semakin banyak produksi yang akan dihasilkan maka semakin banyak
pula karyawan yang dibutuhkan/ditarik.
b. Ramalan-Ramalan
Usaha
Hal inin meliputi
perkiraan mengenai situasi perekonomian, siklus usaha yang menyangkut
ketidakpastian yang akan datang baik jagka pendek maupun jangka panjang.
c. Perluasan
Perusahaan
Perencanaan tenaga
kerja dipengaruhi juga oleh rencana perluasan perusahaan pada masa yang akan
datang. Jika perusahaan akan diperbesar maka penarikan tenaga kerja akansemakin
banyak pula.
d. Perkembangan
Tehnologi
Perkembangan tehnologi
juga akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan
yang mempergunakan alat – alat canggih,maka jumlah tenaga kerja sedikit, hal
inilah yang harus diperhitungkan agar dikemudian hari tidak terjadi PHK.
e. Pasaran
Tenaga Kerja
Pasaran tenaga kerja
hendaknya diperhatikan, karena jika penawaran lebih besar dari permintaan maka
tingkat upah akan cenderung rendah. Perusahaan dalamhal ini harus menghitung
mana yang paling menguntungkan dengan labor intensive atau capital intensive,
sehingga akan mempengaruhi kebijaksanaan kebutuhan tenaga kerja.
f. Perencanaan
Karier Karyawan
Kemungkinan promosi
dikemudian hari ikut mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja. Jika promosi akan
dilakukan dikemudian hari, calon karyawan
yang ditentukan harus dengan spesifikasi yang lebih banyak.
2.
Penarikan
tenaga kerja
Penarikan
(recruitment) adalah masalah penting dalam pengadaan tenaga kerja. Jika
penarikan berhasil artinya banyak pelamar yang memasukkan lamarannya, peluang
untuk mendapatkan karyawan yang baik terbuka lebar, karena perusahaan dapat
memilih terbaik dari yang baik. Penarikan tenaga kerja (pelamar) dipengaruhi
oleh hal –hal berikut.
1. Balas
jasa yang diberikan. Jika balas jasa besar maka pelamar banyak, sebaliknya bila
balas jasa kecil maka pelamar sedikit.
2. Status
karyawan. Jika status karyawan tetap maka pelamar relatif banyak, tetapi
apabila status karyawan honorer, pelamar sedikit.
3. Kesempatan
promosi. Jika kesempatan promosi terbuka lebar, jumlah pelamar banyak, begitu
juga sebaliknya.
4. Job
spesification. Jika spesifikasi pekerjaan sedikit, pelamar akan banyak, begitu
juga sebaliknya.
5.
Metode penarikan.
Apabila penarikan terbuka luas melalui media massa maka pelamar banyak, begitu
juga sebaliknya , misalnya dengan iklan.
6. Soliditas
perusahaan. Jika soliditas perusahaan cukup tinggi maka pelamar banyak, begitu
juga sebaliknya.
7. Peraturan
perburuhan. Jika peraturan perburuhan longgar, pelamar banyak, begitu juga
sebaliknya, misalnya usia tenaga kerja.
8. Penawaran
tenaga kerja. Jika penawaran tenaga kerja banyak, pelamar akan banyak, begitu
juga sebaliknya, misalnya banyak penganggur.
Ø Proses
penarikan karyawan
Proses
penarikan karyawan yang baik adalah sebagai berikut :
1. Penentuan
dasar penarikan
Dasar penarikan calon karyawan harus di
tetapkan lebih dahulu supaya para pelamar yang memasukkan lamarannya sesuai
dengan pekerjaan atau jabatan yang diminatinya. Misalnya, batas usia,
pendidikan, jenis kelamin, dan kesehatan.
2. Penentuan
sumber-sumber penarikan
Sumber penarikan karyawan bisa berasal
dari eksternal dan sumber internal perusahaan.
a) Sumber
internal
Sumber internal adalah karyawan yang
akan mengisi lowongan kerja yang lowongan diambil dan dalam perusahaan
tersebut, yakni dengan cara memutasikan
atau memindahkan karyawanyang memenuhi
spesifikasi jabatan itu.
Kebaikan-kebaikan
sumber internal :
1. meningkatkan
moral kerja dan kedisiplinan karyawan, karena ada kesempatan promosi.
2. Perilaku
dan loyalitas karyawan semakin besar terhadap perusahaan.
3. Biaya
penarikan relatif kecil, arena tidak perlu memasang iklan.
Kelemahan-kelemahan
sumber internal
1. Kewibawaan
karyawan yang dipromosikan itu kurang.
2. Kurang
membuka kesempatan sistem kerja baru dalam perusahaan.
b) Sumber
eksternal
Sumber eksternal adalah karyawan yang
akan mengisi jabatan yang lowong dilakukan penarikan dari sumber-sumber tenaga
kerja di luar perusahaan.
Kebaikan-kebaikan
sumber eksternal
1. Kewibawaan
pejabat relatif baik.
2. Kemungkinan
membawa sistem kerja baru yang lebih baik.
Kelemahan-kelemahan
sumber eksternal
1. Prestasi
karyawan lama cenderung turun, karena tidak ada kesempatan untuk promosi.
2. Waktu
penarikan relatif lama.
Ø Metode-metode penarikan
Metode penarikan akan berpengaruh besar
terhadap banyaknya lamaran yang masuk ke dalam perusahaan. Metode penarikan
calon karyawan baru adalah “metode terutup dan terbuka”
a) Metode
tertutup
Metode tertutup adalah
ketika penarikan hanya diinformasikan kepada karyawan atau oarang-orang
tertentu saja.
b) Metode
terbuka
Metode terbuka adalah
ketika penarikan diinformasikan secara luas dengan memasang iklanpada media
massa cetak mauun elektronik, agar tersebar luas kemasyarakat.
Ø Kendala-kendala
penarikan
Agar proses penarikan berhasil,
perusahan perlu menyadari berbagai kendala yang bersumber dari organisasi,
pelaksanaan penarikan dan lingkungan eksternal.
a) Kebijakan-kebijakan
organisasi
b) Persyaratan
jabatan
c) Metode
pelaksanaan penarikan
d) Kondisi
pasar tenaga kerja
e) Solidaritas
perusahaan
f) Kondisi-kondisi
lingkungan eksternal
3.
Seleksi
Penerimaan Karyawan
a. Pentingnya
Seleksi
karyawan
adalah kekayaan atau aset utama dari setiap perusahan. Peran karyawan sangat
menentukan berhasil tidaknya perusahan mencapai sasarannya.
Seleksi adalah usaha
pertama yang harus dilakukan perusahaan untuk memperoleh karyawan yang
qualified dan kompeten yang akan menjabat serta mengerjakan semua pekerjaan
pada perusahaan. Kiranya hal inilah yang mendorong pentingnya pelaksanaan
seleksi penerimaan karyawan baru bagi setiap perusahaan.
b.
Dasar dan Tujuan
Seleksi
Ø
Dasar seleksi
Dasar seleksi berarti penerimaan karyawan
baru hendaknya berpedoman kepada dasar tertentu yang telah digariskan oleh
internal maupun eksternal perusahaan, supaya pelaksanaan dan hasil seleksi
dapat dipertanggung jawabkan baik secara hukum maupun ekonomis. Dasar-dasar itu
antara lain.
1. Kebijaksanaan
perburuan pemerintah
2. Job
specifikation atau jabatan
3. Ekonomis
rasional
4. Etika
sosial.
Ø
Tujuan seleksi
penerimaan karyawan
1. karyawan yang qualified dan potensial
2. karyawan yang jujur dan berdisiplin
3. karyawan yang cakap dengan penempatannya
4. karyawan yang terampil dan bersemangat dalam
berkerja.
5. karyawan yang memenuhi persyaratan
undng-undang perburuhan
6. karyawan
yang dapat bekerja sama baik secara vertikal maupun horizontal
7. karyawan
yang dinamis dan kreatif.
4. Penempatan,
Orientasi, dan Induksi Karyawan.
a.
penempatan karyawan
Penempatan (placement) karyawan
adalah tindak lanjut dari seleksi, yaitu menempatkan calon karyawan yang
diterima (lulus seleksi) pada jabatan / pekerjaan yang membutuhkannya dan
sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut. Dengan demikian,
calon karyawan itu akan dapat mengerjakan tugas – tugasnya pada jabatan
bersangkutan.
b.
Orientasi karyawan
Orientasi atau perkenalan bagi
setiap karyawan baru harus dilaksanakan untuk menyatakan bahwa mereka betul –
betul diterima dengan tangan terbuka menjadi karyawan yang akan berkerja sama
dengan karyawan lain pada perusahaan itu.
c.
Induksi karyawan
Induksi karyawan adalah kegiatan
untuk mengubah perilaku karyawan baru supaya menyesuaikan diri dengan tata
tertib perusahaan. Induksi pada dasarnya merupakan tugas dari atasan langsung
karyawan bersangkutan sehingga karyawan baru menyadari bahwa dia harus menaati
peraturan – peraturan perusahaan dan mengerjakan tugas – tugasnya dengan baik.
BAB III
PENUTUP
v
Kesimpulan
Uraian
pekerjaan harus diuraikan secara jelas agar pejabat yang akan menduduki jabatan
tersebut mengetahui tugas, tanggung jawab dab standar prestasi yang harus
dicapai. Uiraian pekerjaan harus menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi
pekerjaan, supaya pengisian jabatan didasarkan apa baru siapa sehingga
mismanajemen dapat dihindari.
Salah satu kegiatan penting yang dilakukan dalam
manajemen sumber daya manusia khususnya dalam fungsi perencanaan yaitu analisis
pekerjaan. Dengan menganalisis suatu pekerjaan, akan diketahui tugas-tugas apa
yang akan dilakukan dalam pekerjaan itu, apa kompetensi-kompetensi yang harus
dikuasai oleh sumber daya manusia yang akan menduduki posisi itu.
v
Saran
Dalam
makalah ini penulis menyarankan agar manajemen sumber daya manusia hendaknya
dijalankan dengan sebaik mungkin, mengingat begitu pentingnya peran dan fungsi sumber
daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan organisasi.
Perkembangan psikologi manusia perlu menjadi perhatian utama bagi manajer
sumber daya manusia, dalam rangka melakukan manajemen terhadap sumber daya
manusia dalam organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Dessler, Gary. 2006. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.
Flippo, Edwin B. 1994. Manajemen
Personalia: Edisi Keenam, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hasibuan, Malayu.,Manajemen
Sumber Daya Manusia edisi revisi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2005.
Marwansyah. 2010. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Sastradipoera, Komaruddin.,Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Fungsi Operatif edisi
revisi, Penerbit Kappa-Sigma, Bandung, 2007.
Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2002. Manajemen
Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta:
Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Husaini. 2009. Manajemen:
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
[1] Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta, PT Bumi Aksara, tt.),
h. 27
[2] Ibid., h. 33.
[3] Mukti Wibowo, Spesifikasi
Pekerjaan, diakses dari http://online-hr.blogspot.com/, pada tanggal 6 April 2013 pukul 19.50 WIB.
[6] HRcentro, Metode
Evaluasi Pekerjaan, diakses dari http://www.hrcentro.com/, pada tanggal 6 April 2013 pukul 21.00 WIB.
[7] Ibid., h. 36.
[8] Ibid., h. 38
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam uraian-uraian sebelumnya telah dibahas berbagai tugas
dan kewajiban karyawan dalam organisasi. Dalam bab ini akan diururaikan hak-hak
yang harus diterima oleh karyawan sebagai imbalan atau konpensasi setelah
mereka menjalankan kewajiban. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima
karyawan sebagai balasan jasa untuk kerja mereka, dalam suatu organisasi
masalah kompensasi merupakan suatu yang sangat kompleks, namun paling penting
bagi karyawan maupun organisasi itu
sendiri.
Kompensasi sangat penting bagi karyawan itu sendiri sebagai
individu, karena besarnya kompensasi merupakan pencerminan atau ukuran nilai
pekerjaan karyawan itu dan kepuasan kerja karyawan. Apabila kompensasi
diberikan secara tepat dan benar para karyawan akan memperoleh kepuasan kerja
dan akan termotifasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Akan tetapi bila
kompensasi itu diberikan tidak memadai atau kurang tepat, prestasi kerja,
motivasi dan kepuasan kerja karyawan akan menurun.
B. Rumusan
Masalah
1. Pengertian
Konpensasi?
2. Jenis-jenis
Konpensasi?
3. Tujuan
Konpensasi?
4. Asas-asas
Konpensasi?
5. Bagaimana
Metode Konpensasi?
6. Bagaimana
Sistem Kebijakan Konpensasi Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Konpensasi dan
Teori Upah Intensif?
7. Bagaimana
Pelayanan Bagi Karyawan?
C.
Tujuan
Penulis
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan konpensasi.
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis konpensasi.
3. Untuk
mengetahui tujuan konpensasi.
4. Untuk
mengetahui asas-asas konpensasi
5. Untuk
mengetahui bagaimana metode konpensasi
6. Untuk
mengetahui Bagaimana Sistem Kebijakan Konpensasi dan Faktor yang Mempengaruhi
Besarnya Konpensasi dan Teori Upah Intensif
7. Untuk
mengetahui Bagaimana Pelayanan Bagi
Karyawan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konpensasi
Malayu
S. P. Hasibuan mengemukakan bahwa, “kompensasi adalah semua pendapatan yang
berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”.
Menurut
William B. Werther dan Keith Davis mengemukakan bahwa “kompensasi adalah apa
saja yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang
diberikannya, baik upah perjam atau gaji periodik didesain dan dikelola oleh
bagian personalia”.
Menurut
F. Sikula mengemukakan bahwa “kompensasi adalah segala sesuatu yang
dikonstitusikan atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau equivalen”. [1]
Kompensasi
karyawan adalah seluruh imbalan yang diterima pegawai atas hasil kerja pegawai
pada perusahaan atau organisasi.
Kompensasi ini bisa berupa fisik atau non fisik, harus dihitung dan
diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya
kepada perusahaan atau organisasi tempat ia bekerja. Kompensasi merupakan segala sesuatu
yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada
perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM
yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai
pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian.[2]
Kompensasi sangat penting bagi
karyawan itu sendiri sebagai individu, karna besarnya kompensasi merupakan
pencerminan atau ukuran nilai pekerjaan karyawan itu sendiri. Sebaliknya besar
kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi prestasi kerja, motivasi dan kepuasan
kerja karyawan. Apa bila kompensasi diberikan secara tepat dan benar para
karyawan akan memperoleh kepusan kerja dan termotivasi untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Apabila kompensasi itu diberikan tidak memadai atau
kurang tepat, prestasi, motivasi, dan kepuasan kerja karyawan akan menurun.Kompensasi
bukan hanya penting untuk para karyawan saja, melainkan juga penting bagi
perusahaan atau organisasi itu sendiri , karena program-progam kompensasi
merupakan pencerminan supaya organisasi mempertahankan sumber daya manusia.
Kompensasi
yang baik akan memberikan beberapa efek positif pada perusahaan/ organisasi
sebagai berikut:
1.
Mendapatkan karyawan berkualitas baik
2.
Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat
dan meraih prestasi gemilang
3.
Memikat pelamar kerja berkualitas dan
lowongan kerja yang baik
4.
Mudah dalam pelaksanaan dan administrasi
maupun aspek hukumnya
5. Meiliki keunggulan lebih dari pesaing /
competitor.
B.
Jenis-Jenis Kompensasi
Jenis-jenis kompensasi yang
diberikan kepada karyawan antara lain :
1.
Imbalan
Ekstrinsik
a.
Imbalan
ekstrinsik yang berbentuk uang, antara lain :
-
Gaji
-
Upah
-
Honor
-
Bonus
-
Komisi
-
Insentif
-
dsb.
b.
Imbalan
ekstrinsik yang bentuknya sebagai benefit atau tunjangan pelengkap.
Contoh :
-
Uang
Cuti
-
Uang
Makan
-
Uang
Transportasi atau antar jemput
-
Asuransi
-
Jamsostek
-
Uang
pensiun
-
Rekreasi
-
Beasiswa,
dl
2.
Imbalan
Intrinsik
Imbalan Intrinsik adalah imbalan
dalam bentuk instrinsik yang tidak berbentuk fisik dan hanya dapat dirasakan
berupa kelangsungan pekerjaan, tanggungjawab, tantangan, otonomi, jenjang karir
yang jelas, kondisi lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik dll. Diantaranya :
Gaji
adalah balas jasa yang dibayarkan secara periodik kepada karyawan tetap serta
mempunyai jaminan yang pasti, diberikan kepada pegawai atas jasa pelayanannya
yang diberikan secara bulanan.
Upah
adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpendoman atas
perjanjian yang disepakati membayarnya, bisa juga dibayarkan kepada pegawai
secara perjam, perhari, dan persetengah hari.
Benefit
dan service adalah kompensasi tambahan (financial atau nonfinancial) yang
diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, seperti tunjangan hari raya, uang
pensiun, pakaian dinas kafetaria, mushola, olahraga dan darmawisata.
Insentif
kerja adalah suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak
pemimpin organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi tinggi
dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujaun organisasi.[3]
C.
Tujuan
Kompensasi
Tujuan
pemberian kompensasi (balas jasa) adalah sebagai ikatan kerja sama, kepuasan
kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta
pengaruh serikat buruh dan pemerintah.
Randall
dan Susan mengemukakan bahwa tujuan dari
kompensasi yaitu:
1. Menarik
pelamar kerja yang potensial.
2. Mempertahankan
karyawan yang baik.
3. Meraih
keunggulan kampetitif.
4. Meningkatkan
produktivitas.
5. Melakukan
pembayaran sesuai aturan hukum.
6.
Memudahkan sasaran strategis.
7. Mengokohkan
dan menentukan setruktural.
D.
Asas-asas Kompensasi
l. Asas
adil
Besarnya kompensasi yang dibayar kepada
setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan,
resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerjaan, dan memenuhi persyaratan
internal konsistensi.
Dengan asas adil maka akan tercipta
suasana kerja yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilisasi
karyawan akan lebih baik.
2. Asas
layak dan wajar
Kompensasi yang diterima karyawan
dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat normative yang ideal. Tolak ukur layak
adalah relative penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas upah
minimal pemerintah dan internal konsistensi yang berlaku.
Manajer
personalia diharuskan selalu memantau dan menyesuaikan konpensasi dengan
eksternal konsistensi yang sedang berlaku. Hal ini penting supaya semangat
kerja dan karyawan yang qualifified tidak berhenti.[4]
E. Metode
Kompensasi
1. Metode tunggal
Metode
tunggal yaitu suatu metode yang dalam penetapan gaji pokok hanya didasarkan
atas ijazah terakhir dari pendidikan yang dimiliki karyawan. Jadi tingkat
golongan dan gaji pokok seseorang hanya ditetapkan atas ijazah terakhir yang
dijadikan standar.
2.
Metode jamak
Metode
jamak yaitu suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan formal, bahkan
hubungan keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang. Jadi standar
gaji pokok yang pasti tidak ada. ini terdapat pada perusahaan-perusahaan swasta
yang didalamnya masih sering terdapat diskriminasi.
Randall
dan Susan mengemukakan bahwa ada berbagai metode yang digunakan untuk
mengevaluasi jabatan tradisional diantaranya:
a.
Metode rangking
Salah
satu pendekatan rangking mengandalkan nilai pasar masing-masing jabatan.
Kemungkinan lain, jabatan dapat ditentukan rangkingnya berdasarkan
variabel-variabel semacam tingkat kesulitan, kepentingan bagi keberhasilan
organisasi, dan keterampilan yang dibutuhkan.
b.
Metode klasifikasi jabatan
Metode
klasifikasi jabatan mirip dengan metode rangking, kecuali bahwa kelas atau
tingkat disusun terlebih dahulu dan diuraikan pekerjaan, selanjutnya
dikelompokan menurut kelas atau tingkatan tersebut. Kelebihan khusus dari
metode ini adalah metode tersebut dapat diterapkan pada jumlah besar dan
beraneka ragam jabatan.
c.
Metode perbandingan faktor
Pendekatan
ini menggunakan faktor-faktor yang biasa dikompensasi, atau atribut jabatan,
untuk mengevaluasi nilai relativ jabatan yang ada di dalam organisasi. Meskipun
organisasi yang berbeda mempunyai pilihan berbeda, faktor-faktor yang bisa
dikompensasi harus berhubungan dengan pekerjaan dan dapat diterima semua pihak
yang berkepentingan.
d.
Metode rating angka
Metode
ini terdiri dari pemberian nilai angka untuk faktor-faktor yang bisa
dikompensasi dan ditentukan sebelumnya, kemudian dijumlahkan sampai muncul
nilai keseluruhan suatu jabatan. Faktor-faktor yang bisa dikompensasi mungkin
diadaptasi dari rencana evaluasi angka yang sudah ada, atau mungkin dirancang
untuk merefleksikan nilai-nilai unik suatu organisasi. Tanpa memandang
bagaimana nilai-nilai itu muncul, faktor-faktor tersebut harus diberi bobot
seiring dengan tingkat kepentingannya.
e.
Metode hay guide chart-profile
Secara
operasional, sistem hay mengandalkan tiga faktor utama yang bisa dikompensasi :
pemecahan masalah, kecakapan teknik, dan pertanggung jawaban. Nilai angka
ditentukan untuk tiap jabatan, dengan menggunakan tiga faktor tersebut dan
sub-sub faktornya. Keunggulan utama sistem ini adalah bahwa orang menerima dan
menggunakannya secara Iuas.[5]
F. Sistem dan Kebijakan Kompensasi
1. Sistern kompensasi
Sistem
pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah:
a. Sistem
waktu
Dalam
sistem waktu, besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti
jam, minggu, atau bulan. Sistem waktu biasanya ditetapkan jika prestasi kerja
sulit diukur per unitnya dan bagi karyawan tetap kompensasinya dibayar atas
sisitem waktu secara periodic setiap bulannya. Besar kompensasi sistem waktu
hanya didasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan kepada prestasi
kerjanya.
b. Sistem
hasil
Dalam
sistem hasil, besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada
banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu mengerjakannya.
Sistem hasil ini tidak dapat ditetapkan kepada karyawan tetap dan jenis
pekerjaan yang tidak mempunyai standar fisik, seperti bagi karyawan
administrasi.
c. Sistem borongan
Sistem
borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan
atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan besarnya balas jasa
berdasarkan sistem borongan cukup rumit, lama mengerjakannya serta banyak alat
yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Dalam sistem borong pekerja bisa
mendapatkan balas jasa besar atau kecil, tergantung atas kecermatan kalkulus
mereka.
2.
Kebijaksanaan kompensasi
Kebijaksanaan
kompensasi, baik besarnya, susunannya, maupun waktu pembayarannya dapat
mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai prestasi kerja
yang optimal sehingga membantu terwujudnya sasaran perusahaan.
Besarnya
kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan, posisi jabatan,
konsistensi internal, serta berpedoman kepada keadilan dan undang-undang
perburuhan. Dengan kebijaksanaan ini diharpakan akan terbina kerjasama yang
serasi dan memberikan kepuasan kepada semua pihak.
Anwar
Prabu Mangkunegara mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
kompensasi adalah :
a.
Faktor pemerintah
Peraturan
pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar gaji minimal, pajak
penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya transportasi/angkutan, inflasi
maupun devaluasi sangat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan
kompensasi pegawai.
b.
Penawaran bersama antara perusahaan dan
pegawai
Kebijakan
dalam menentukan kompensasi dapat dipengaruhi pula pada saat terjadinya
tawar-menawar mengenai besarnya upah yang harus diberikan oleh perusahaan
kepada pegawainya. Hal ini terutama dilakukan oleh perusahaan dalam merekrut
pegawai yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu yang sangat dibutuhkan di
perusahaan.[6]
c.
Standar dan biaya hidup pegawai
Dengan
terpenuhinya kebutuhan dasar pegawai dan keluarganya, maka pegawai akan merasa
aman. Terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa aman pegawai akan memungkinkan
pegawai dapat bekerja dengan penuh motivasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
d.
Ukuran perbandingan upah
Kebijakan
dalam menentukan kompensasi dipengaruhi oleh ukuran besar kecilnya perusahaan,
tingkat pendidikan pegawai, masa kerja pegawai. Artinya perbandingan tingkat
upah pegawai perlu memperhatikan tingkat pendidikan, masa kerja, dan ukuran perusahaan.
e.
Permintaan dan Persediaan
Dalam
menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu mempertimbangkan tingkat
persediaan dan permintaan pasar. Artinya, kondisi pasar pada saat itu perlu
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan tingkat upah pegawai.
f.
Kemampuan membayar
Dalam
menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada kemampuan
perusahaan dalam membayar upah pegawai. Artinya jangan sampai menentukan
kebijakan kompensasi diluar batas kemampuan yang ada pada perusahaan.
3. Waktu
pembayaran kompensasi
Kompensasi
harus dibayar tepat pada waktunya, jangan sampai terjadi penundaan, supaya
kepercayaan karyawan terhadap bonafiditas perusahaan semakin besar, ketenangan,
dan konsistensi kerja akan lebih baik. Jika pembayaran kompensasi tidak tepat
pada waktunya akan mengakibatkan disiplin, moral, gairah, kerja karyawan
menurun, bahkan turnover karyawan
semakin besar. Pengusaha harus memahami bahwa balas jasa akan dipergunakan
karyawan beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dimana
kebutuhan itu tidak dapat ditunda, misalnya makan. Kebijaksanaan waktu
pembayaran kompensasi hendaknya berpedoman dari pada menunda lebih mempercepat
dan menetapkan waktu yang paling tepat.
Randall
dan Susan (1996:125) mengemukakan bahwa, jika organisasi ingin meminimalkan
tingkat ketidak hadiran dan keluar-masuknya karyawan melalui kompensasi, mereka
harus memastikan bahwa karyawan puas dengan bayaran mereka.
Orang
membandingkan tingkat bayaran dengan apa yang mereka yakini semestinya mereka
terima. Maka mereka puas jika tingkat bayaran "yang semestinya"
sebanding dengan tingkat bayaran aktual, atau tidak puas jika tingkat bayaran
aktual lebih kecil dari tingkat semestinya.
G.
Faktor yang Mempengaruhi Besarnya
Kompensasi dan Teori Upah Insentif
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya kompensasi yakni :
a.
penawaran dan permintaan tenaga kerja
b.
kemampuan dan kesedian perusahaan
c.
serikat buruh/organisasi karyawan
d.
produktivitas kerja karyawan
e.
pemerintah dengan undang-undang dan
keppres
f. biaya hidup
g.
posisi jabatan karyawan
h.
pendidikan dan pengalaman karyawan
i.
kondisi perekonomian nasional
j.
jenis dan sifat pekerjaan
2.
Teori upah insentif
Abi
Sujak mengemukakan bahwa "Penghargaan berupa insentif atas dasar prestasi
kerja yang tinggi merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap
prestasi karyawan dan kontribusi kepada organisasi".
3.
Upah insentif
Guna
lebih mendorong produktivitas kerja yang lebih tinggi, banyak organisasi yang menganut
sistem intensif sebagai bagian dari sistem imbalan yang berlaku bagi para
karyawan organisasi. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang termasuk
insentif adalah :
a. Piecework
Salah
satu teknik yang lumrah digunakan untuk mendorong para karyawan meningkatkan
produktivitas kerjanya adalah dengan jalan memberikan insentif financial
berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang dinyatakan dalam unit
produksi.
b. Bonus
Insentif dalam bentuk bonus
diberikan pada karyawan yang mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat
produksi yang baku terlampaui. Melampaui tingkat produksi itu dapat dalam salah
satu dari tiga bentuk, Pertama berdasarkan
jumlah unit produksi yang dihasilkan dalam satu kurun waktu tertentu. Kedua apabila terjadi penghematan waktu.
Ketiga bonus yang diberikan
berdasarkan perhitungan progresif.
c. Komisi
Sistem insentif lain yang lumrah
ditetapkan adalah pemberian komisi. Pada dasarnya ada dua bentuk sistem ini. Pertama, para karyawan memperoleh gaji
pokok, tetapi penghasilannya dapat bertambah dengan bonus yang diterimanya
karena keberhasilan melaksanakan tugas. Kedua,
karyawan memperoleh penghasilan semata-mata berupa komisi. Cara kedua ini
paling sering ditetapkan bagi tenaga-tenaga penjualan di perusahaan-perusahaan
tertentu seperti penjualan kendaraan bermotor.
d. Kurva
"Kematangan"
Dalam organisasi yang
memperkerjakan tenaga teknikal dan profesional ilmiah, sering terjadi bahwa
para karyawan - terutama yang merupakan “pekerja otak” –tidak bergairah untuk
menduduki jabatan administrative atau manajerial. Mereka ada kalanya lebih
senang terus menekuni bidang profesinya.
4. Kesulitan
dalam sisitem penentuan insentif kerja
Beberapa
kesulitan dalam sistem penentuan insentif kerja menurut Heidjracjman
Ranupandoyo dkk adalah sebagai berikut :
a. Beberapa
alat pengukur dari berbagai prestasi karyawan haruslah dapat dibuat secara
tepat, bisa diterima dan wajar.
b. Berbagai
alat pengukur tersebut haruslah dihubungkan dengan tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan
c. Data
yang menyangkut berbagai prestasi haruslah dikumpulkan tiap hari, minggu atau,
bulan.
d. Standar
yang ditetapkan haruslah mempunyai kadar atau tingkat kesulitan yang sama untuk
setiap kelompok kerja.
e. Gaji/upah
total dari upah pokok plus bonus yang diterima, haruslah konsisten diantara
berbagai kelompok pekerjaan yang menerima insentif, dan antara kelompok yang
menerima insentif dan yang tidak menerima insentif.
f. Standar
prestasi haruslah disesuaikan secara periodik, dengan adanya perubahan dalam
prosedur kerja.
g. Berbagai
reaksi karyawan terhadap sistem pengupahan insentif yang kita lakukan juga
harus sudah diperkirakan.
Selanjutnya
Heidjracjman Ranupandoyo, menjelaskan, beberapa sifat dasar dari insentif yang
harus dipenuhi agar sistem upah insentif tersebut dapat berhasil, yaitu :[7]
a. Pembayaran
hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan
sendiri.
b. Penghasilan
yang diterima buruh hendaknya langsung menaikan output dan efisiensi.
c. Pembayarannya
hendaknya dilakukan secepat mungkin.
d. Standar
kerja hendaknya ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah sama tidak baiknya.
e. Besarnya
upah normal dengan standar kerja perjam hendaknya cukup merangsang pekerja
untuk bekerja lebih giat.
H.
Faktor yang mempengaruhi sistem imbalan
Sondang
P. Siagian mengemukakan bahwa yang termasuk faktor yang mempengaruhi sistem
imbalan adalah :[8]
1.
Tingkat upah dan gaji yang berlaku.
Salah
satu faktor yang harus dipertirnbangkan ialah langka tidaknya tenaga kerja yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus tertentu dan sangat dibituhkan
oleh organisasi yang bersangkutan. Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa
situasi kelangkaan tersebut dapat terjadi pada semua jenjang jabatan dan
pekerjaan. Misalnya, jika pada suatu saat tertentu industri automotif
berkembang dengan sangat pesat, tidak mustahil permintaan akan tenaga kerja
tukang las yang terampil dan berpengalaman melonjak sedemikian rupa sehingga
tenaga teknikal demikian akan menuntut dan memperoleh tingkat upah atau gaji
yang lebih tinggi dibanding dengan situasi apabila tenaga mereka tidak terlalu
dibutuhkan.
2.
Tuntutan serikat pekerja
Di
masyarakat di mana eksistensi serikat pekerja diakui, sangat mungkin terdapat
keadaan bahwa serikat pekerja diakui, sangat mungkin terdapat keadaan bahwa
serikat pekerja berperan dalam mengajukan tuntutan tingkat upah dan gaji yang
lebih tinggi dari tingkat yang berlaku. Tuntutan serikat pekerja itu dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya dalam usaha serikat pekerja untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggotanya. Atau karena situasi yang
menurut penilaian serikat pekerja itu memang memungkinkan perubahan dalam
setruktur upah dan gaji atau berbagai faktor lainnya.
Randall
dan Susan mengemukakan bahwa dengan kehadiran serikat kerja diperusahaan sektor
swasta diperkirakan meningkatkan upah 10-15 persen dan menaikan tunjangan
sekitar 20 sampai 30 persen.
3.
Produktivitas
Agar
mampu mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, suatu organisasi memerlukan
tenaga kerja yang produktif. Apabila para pekerja merasa bahwa mereka tidak
memperoleh imbalan yang wajar, sangat mungkin mereka tidak akan bekerja keras.
Artinya, tingkat produktivitas mereka akan rendah. Apabila demikian halnya,
organisasi tidak akan mampu membayar upah dan gaji yang pekerja anggap wajar.
4.
Kebijaksanaan organisasi mengenai upah
dan gaji
Kebijaksanaan
suatu organisasi mengenai upah dan gaji para karyawannya tercermin pada jumlah
uang yang dibawa pulang oleh karyawan tersebut.
5.
Peraturan perundang-undangan
Pemerintah
berkepentingan dalam bidang ketenagakerjaan dan oleh karenanya berbagai segi
kehidupan kekaryaan pun diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Misalnya tingkat upah minimum, upah lembur, memperkerjakan wanita,
memperkerjakan anak dibawah umur, keselamatan kerja hak cuti, jumlah jam kerja
dalam seminggu, hak berserikat dan lain sebagainya.
I. Pelayanan
bagi karyawan
Sondang
P. Siagian mengemukakan bahwa yang termasuk dalam pelayanan bagi karyawan
adalah :
1. Jaminan
penghasilan
Bentuk
jaminan penghasilan ini adalah jaminan hari tua. Artinya, jika pada suatu
ketika karyawan berhenti bekerja karena telah mencapai usia pension, ada
jaminan bahwa ia tetap mempunyai penghasilan tertentu berupa uang pensiun
meskipun jumlahnya berkurang dibanding dengan penghasilan yang bersangkutan
pada waktu masih aktif. Artinya banyak organisasi yang memupuk dana pension bagi
para karyawannya. Dana pensiun dapat terdiri dari dua komponen, yaitu:
a.
Masa-masa tidak bekerja
Semua
organisasi menganut kebijaksanaan bahwa ada waktu-waktu tertentu para pegawai
“tidak bekerja" tetapi tetap memperoleh penghasilan. Bagi para karyawan
penghasilan yang diperoleh dalam masa seperti itu mungkin kelihatannya kecil,
tetapi sebenarnya merupakan komponen penting dari beban financial organisasi.
Karena ada masa-masa seperti itu para karyawan tidak produktif, padahal
kewajiban organisasi untuk memberikan upah atau gaji tidak berkurang.
Beberapa contoh dari masa-masa seperti itu
ialah waktu istirahat, waktu makan siang, izin tidak masuk kerja karena sakit,
cuti tahunan, cuti hamil dan melahirkan bagi karyawati yang sudah menikah,
hari-haari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.
b.
Pengaturan jadwal kerja
Secara
tradisional, jam kerja setiap minggu bagi seorang karyawan adalah 40 jam, yang
biasa mencakup enam hari kerja tetapi mungkin pula hanya dalam lima hari kerja.
Bahkan akhir-akhir ini dibanyak tempat timbul gejala berkurangnya jam kerja
perminggu menjadi tiga puluh lima jam. Perkembang lain yang cukup menarik untuk
diamati ialah sistem"berbagai pekerjaan", yang terjadi dalam sistem
ini ialah dua orang pekerja melakukan satu pekerjaan tertentu secara
bergantian. Dengan demikian para pekerja dihadapkan tidak mengalami keletihan
atau kejenuhan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
beberapa definisi dan konsep mengenai kompensasi di atas maka dapat dimengerti
bahwa pembicaraan mengenai kompensasi tidak terbatas pada jenis kompensasi,
baik dalam bentuk uang atau non uang. Namun aspek lain yang lebih jauh yaitu
bahwa kompensasi berkaitan langsung dengan hal-hal yang bersifat psikologis.
Dengan
adanya program kompensasi yang jelas, akan menjadi pendorong secara psikologis bagi seseorang
pegawai untuk bekerja dengan baik. Dengan kata lain, kompensasi bisa digunakan
sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi, disiplin, dan produktivitas kerja.
Di dalam makalah ini, yang dimaksud dengan
kompensasi mengacu pada kompensasi langsung (gaji, tunjangan, uang cuti, dan
lain-lain), kompensasi tidak langsung (jaminan hari tua atau pensiun, jaminan
tanggungan cacat, uang duka, jaminan perawatan, dan pengobatan) yang disebut
juga sebagai kompensasi natura, serta kompensasi nonfinansial (kenaikan
pangkat, senioritas, cuti, keadaan kantor, kewenangan untuk membuat keputusan,
pujian maupun penghargaan dari pimpinan) yang kemudian disebut dengan
kompensasi innatura, serta kompensasi yang berupa sanksi-sanksi yang diberikan
oleh Kepala Sekolah kepada guru yang tidak disiplin atau yang melanggar aturan.
Kompensasi
merupakan seluruh imbalan yang diterima
karyawan atas hasil kerja karyawan tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa
fisik maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai
dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja.
Kompensasi juga merupakan salah satu parameter
untuk mengukur sejauh mana iklim dan kondisi suatu perusahaan yang baik, karena
walau bagaimanapun perusahaan yang baik yang kokoh dan berkembang, bertanggung
jawab pula untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan atau pekerja simultan dengan pertumbuhan
perusahaan, dalam artian perusahaan tidak hanya mencari dan mendapatkan
keuntungan semata tetapi harus juga bisa mewujudkan kesejahteraan karyawannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan,
Melayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta, PT. Bumi Aksara, Edisi Revisi, 2005.
Hasibuan
Malayu S.P. Manajemen Sumberdaya Manusia.
Jakarta PT. Gunung Agung, 1997.
Mangkunegara,
A.P. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Bandung,PT. Refika Aditama, 2007.
Mangkuprawira,
Tb.S. Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategik. Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2004.
Mondy,
R.Wayne. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jilid 1 Edisi 10. Jakarta,Erlangga, 2008.
Rachmawati,
Ike Kusdyah. Manajemen Sumber Daya
Manusia.Yogyakarta, C.V Andi Offset, 2008.
Simamora,
H. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2004.
.
[1]
Hasibuan Malayu S.P. Manajemen Sumberdaya Manusia.(PT. Gunung Agung, Jakarta :
1997). Hal.133
[3]
Rachmawati, Ike Kusdyah. Manajemen Sumber
Daya Manusia.( C.V Andi Offset, Yogyakarta :2008).Hal.167
[4]
Hasibuan,
Melayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia,
(PT. Bumi Aksara, Edisi Revisi, Jakarta :2005)Hal.139
[5]
Mondy, R.Wayne. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jilid 1 Edisi 10. (Erlangga, Jakarta: 2008)Hal.93
[6]
Mangkunegara, A.P. Evaluasi Kinerja
Sumber Daya Manusia. (PT. Refika Aditama, Bandung :2007) Hal.141
[7]
Mangkuprawira, Tb.S. Manajemen Sumber
Daya Manusia Strategik. (Ghalia Indonesia, Jakarta : 2004)Hal.145
[8]
Simamora, H. Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta: 2004)Hal.79
BAB
II
PEMBAHASAN
Untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan kepada yang diinginkan, manajer harus
memahami sifat dan motif apa yang mendorong mereka mau bekerja pada perusahaan.
Pada umumnya orang mau bekerja karena didorong oleh keinginan untuk dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan rohaninya.Jadi, manajer harus berusaha memberikan
balas jasa yang adil dan layak, serta memperlakukan karyawan dengan baik
sebagaimana layaknya manusia.
Masalah pengintegrasian adalah menyatukan
keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan, agartercipta kerja sama yang serasi
serta saling menguntungkan. Jadi the nature of man
dan the nature of organization
perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.Agar pengertian pengintegrasian
menjadi jelas.penulis mencoba mendeflnisikannya sebagai berikut.
1.
Pengertian Pengintegrasian
Pengintegrasian
adalah kegiatan menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan,
agar tercipta kerja sama yang memberikan kepuasan.Pengintegrasian adalah hal
yang sangat penting dan merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil yang
baik bagi perusahaan maupun terhadap karyawan sehingga memberikan kepuasan kepada
semua pihak.Karyawan dapat memenuhi kebutuhannya dan perusahaan memperoleh
laba.
2.
Tujuan pengintegrasian
Tujuan
pengintegrasian adalah memanfaatkan karyawan agar mereka bersedia bekerja keras
dan berpartisipasi aktif dalam menunjang tercapainya tujuan perusahaan serta
terpenuhinya kebutuhan karyawan.
3.
Prinsip Pengintegrasian
Prinsip
pengintegrasian adalah menciptakan kerja sama yang baik dan saling
menguntungkan.
4.
Metode Pengintegrasian
Metode-metode pengintegrasian yang kita kenal
adalah sebagai berikut.
a.
Hubungan Antarmanusia (Human
Relations).
b.
Motivasi (Motivation).
c.
Kepemimpinan (Leadership).
d.
Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB).
e.
Collective Bargaining.
B.
HUBUNGAN MANUSIA
Manajer dalam menciptakan hubungan antar manusia(human
relation) hendaknya memahami masalah “kepribadian dan
perilaku” setiap individu bawahannya.
a. Kepribadian
Kepribadianadalah serangkaian ciri yang relatif
tetap dan sebagian besar dibentuk oleh faktor keturunan, sosial, kebudayaan,
dan lingkungan.Serangkaian variabel ini yang menentukan persamaan dan perbedaan
dalam perilaku seseorang individu.
Kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi
kepribadian seseorang adalah kekuatan keturunan, kekuatan kebudayaan, kekuatan
hubungan keluarga dan kelas sosial atau pendidikan, dan kekuatan lain dari
keanggotaan kelompok.
Teori
Kepribadian
1)
Teori Sifat (Traitist Theories)
Sifat
merupakan bagian yang membentuk kepribadian, petunjuk jalan bagi tindakan dan
merupakan sumber keunikan individu. Sifat/ciri cenderung dapat diduga sebagai
pengarah perilaku individu berbuat dengan cara yang konsisten dan khas. Kelemahan
teori sifat ini belum pasti menunjukkan kepribadian individu yang sama pada
setiap situasi, karena perilaku individu masih dipengaruhi oleh lingkungan.
2)
Teori Psikodinamis (Psychodinamic Theories)
Freud
menerangkan perbedaan individual dalam kepribadian dengan mengemukakan bahwa
orang menghadapi perangsangnya yang utama secara berbeda-beda.Perbedaan
kepribadian ini terletak pada Id(bagian ketidaksadaran) dan Superego yang diperlunak oleh Ego.Idadalah
sebagai bagian yang primitif dan tidak sadar dari kepribadian, Id bekerja secara tidak
rasional, tanpa mempertimbangkan apakah yang diinginkan itu mungkin atau dapat
diterima dari segi moral.Superegoadalah
sikap moral yang dibentuk oleh masyarakat.Secara kasar Superego sesuai dengan hati
nurani (conscience). Superego
sering bertentangan dengan Id. Id
ingin mengerjakan apa yang dirasa baik, sedangkan Superego cenderung mengerjakan
apa yang benar.
3)
Teori Humanistis (Humanistic Theories)
Pendekatan
humanistis terhadap pemahaman kepribadian memberi tekanan pada perkembangan dan
perwujudan diri individu. Teori ini menekankan pentingnya cara mempersepsikan
dunia mereka dan kekuatan yang mempengaruhinya.
Kesimpulan teori-teori
kepribadian sebagai berikut.
a. Teori
sifat (trait theory)
memberikan daftar yang menguraikan sifat-sifat individu.
b. Teori
psikodinamis menyatupadukan ciri-ciri orang dan menjelaskan sifat dinamis dari
perkembangan kepribadian.
c.
Teori humanistis
menekankan orangnya dan pentingnya perwujudan diri bagi kepribadian.
C.
PENGERTIAN DAN TEORI-TEORI MOTIVASI
1.
Pengertian Motif dan Motivasi
a.
Motif
Motifadalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya
penggerak kemauan bekerja seseorang.Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang
ingin dicapai.
Perbedaan pengertian keinginan (want) dan kebutuhan (needs) adalah keinginan
(want) dari setiap orang berbeda karena
dipengaruhi oleh selera, latar belakang, dan lingkungannya, sedangkan kebutuhan
(needs) semua orang adalah sama.Misalnya, semua
orang butuh makan (needs), tetapi jenis
makanan yang diinginkannya (want) tidak selalu
sama tergantung pada selera masing-masing individu. Hal inilah yang menyulitkan
manajer untuk memberikan alat motivasi yang tepat bagi setiap individu
bawahannya.
b.
Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti
dorongan atau meng- gerakkan.Motivasi (motivation) dalam manajemen
hanyaditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau
bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang
telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah
hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.Motivasi semakin penting
karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan
baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Memotivasi karyawan ini sangat sulit, di
antaranya karena hal-hal berikut.
1.
Apakah yang mendorong
seseorang bergairah bekerja?
2. Mengapa
ada orang yang bekerja keras untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi,
sedangkan orang lain walaupun dia mampu, cakap, dan terampil, prestasi kerjanya
rendah saja?
3.
Alat motivasi apa yang harus diberikan
supaya karyawan bersedia bekerja keras?
Peterson dan Plowman mengatakan bahwa
orang mau bekerja karena faktor-faktor berikut:
a.
The Desire to Live (keinginan untuk hidup)
b.
The Desire for Position (keinginan untuk suatu posisi)
c.
The Desire for Power (keinginan akan kekuasaan)
d.
The Desire for Recognation (keinginan akan
pengakuan)
Kebutuhan-kebutuhan yang
dipuaskan dengan bekerja menyangkut hal-hal berikut.
a.
Kebutuhan Fisik dan
Keamanan
b.
Kebutuhan Sosial
c.
Kebutuhan Egoistik
2.
Tujuan Motivasi
Tujuan
motivasi antara lain sebagai berikut.
1.
Meningkatkan moral dan
kepuasan kerja karyawan.
2.
Meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.
3.
Mempertahankan kestabilan
karyawan perusahaan.
4.
Meningkatkan kedisiplinan
karyawan.
5.
Mengefektifkan pengadaan
karyawan.
6.
Menciptakan suasana dan
hubungan kerja yang baik.
7.
Meningkatkan loyalitas,
kreativitas, dan partisipasi karyawan.
8.
Meningkatkan tingkat
kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi
rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10.
Meningkatkan efisiensi
penggunaan alat-alat dan bahan baku.
3. Asas-Asas Motivasi
a. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan
untuk ikut berparti- sipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan
ide-ide, rekomen- dasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini,
bawahan merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan
sehingga moral dan gairah kerjanya akan meningkat.
b. Asas
Komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara
jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang
dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi kerja bawahan akan meningkat. Sebab
semakin banyak seseorang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan
perhatiannya terhadap hal tersebut.
c. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan
penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi
kerja yang dicapainya. Bawahan akan bekerja keras dan semakin rajin, jika
mereka terus-menerus mendapat pengakuan dan kepuasan dari usaha-usahanya.
d.
Asas Wewenang yang Didelegasikan
Yang dimaksud asas wewenang yang didelegasikan
adalah mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk
mengambil keputusan dan berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau
manajer.Dalam pendelegasian ini, manajer harus meyakinkan bawahan bahwa
karyawan mampu dan dipercaya dapat menyelesaikan tugas-tugas itu dengan
baik.Misalnya dengan mengatakan, "Ini suatu pekerjaan.Saudara dapat
mengambil keputusan sendiri bagarmana harus melakukannya."Dengan tindakan
ini manajer menyatakan secara jelas bahwa bawahan itu cakap dan penting.
e.
Asas Perhatian Timbal Balik
Asas
perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan
atau harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan bawahan dari perusahaan.
4. Model-Model Motivasi
a.
Model Tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi
bawahan agar gairah kerjanya meningkat, perlu diterapkan sistem insentif, yaitu
memberikan insentif (uang/barang) kepada karyawan yang berprestasi baik.Semakin
banyak produksinya semakin besar pula balas jasanya.Jadi, motivasi bawahan
hanya untuk mendapatkan insentif (uang/ barang) saja.
b.
Model Hubungan Manusia
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi
bawahan supaya gairah kerjanya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial
mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting.Sebagai akibatnya,
karyawan mendapatkan beberapa kebebasan membuat keputusan dan kreatifitas dalam
pekerjaannya.Dengan memperhatikan kebutuhan materiil dan nonmateriil karyawan,
motivasi kerjanya akan meningkat pula.
c.
Model Sumber Daya Manusia
Menurut
model sumber daya manusia, untuk memotivasi bawahan dilakukan dengan memberikan
tanggung jawab dan kesempatan yang luas bagi mereka untuk mengambil
keputusan/kebijaksanaan dalam menyelesaikan pekerja- annya.Motivasi moral/gairah
bekerja seseorang akan meningkat, jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan
kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.
5.
Metode Motivasi
Ada dua metode motivasi
yaitu motivasi langsung dan motivasi tak langsung.
a.
Motivasi Langsung (Direct
Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil &
nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan
untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya.Jadi sifatnya khusus, seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.
b.
Motivasi
Tak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi tak langsung adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakanfasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang
gairah kerja/kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya, Misalnya, kursi yang empuk, nuesin-mesin yang baik, ruangan kerja
yang terang
nyaman,
suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tak
langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga
produktif.
6.
Alat-Alat Motivasi
Alat-alat motivasi (daya
perangsang) yang diberikan kepada bawahan dapatberupa material
incentive dan nonmaterial incentive.Material
incentive adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai
imbalan prestasi yang diberikan oleh karyawan.Yang termasuk material
incentive adalah yang berbentuk uang dan barang-barang.
Nonmaterial incentive
adalah motivasi (daya perangsang) yang tidak berbentuk materi.Yang termasuk
nonmaterial adalah penempatan yang tepat.pekerjaan yang terjamin, piagam
penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang vvajar, dan sejenisnya.
7.
Jenis-Jenis Motivasi
a.
Motivasi Positif (Insentif
Positif)
Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi
(merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di
atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan
meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.
b.
Motivasi Negatif (Insentif
Negatif)
Motivasi negatif maksudnya manajer
memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi
negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat
karena mereka takut dihu- kum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat
berakibat kurang baik.
Dalam praktek, kedua jenis motivasi di atas
sering digunakan oleh suatu perusahaan.Penggunaannya harus tepat dan seimbang
supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.Yang menjadi masalah ialah
kapan motivasi positif atau motivasi negatif dapat efektif merangsang gairah
kerja karyawan.Motivasi positif efektif untuk jangka panjang sedangkan motivasi
negatif efektif untuk jangka pendek.Akan tetapi, manajer harus konsisten dan
adil dalam menerap- kannya.
8.
Proses Motivasi
Dalam
proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru
kemudian para karyawan di motivasi ke arah tujuan itu.
b.
Mengetahui
Kepentingan
c.
Komunikasi
Efektif
Dalam
proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan
harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus
dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya.
d.
Integrasi Tujuan
Proses
motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan
karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex
yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan perusahaan, sedangkan tujuan
individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.Jadi, tujuan
organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya
penyesuaian motivasi.
e.
Fasilitas
Manajer
penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu
karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, sepertimemberikan bantuan
kendaraan kepada salesman.
f.
TeamWork
Manajer
harus membentuk team work
yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan
perusahaan. Team work penting karena dalam
suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
9.
Teori-Teori Motivasi
Teori-teori motivasi
diklasifikasikan/dikelompokkan atas:
a.
Teori Kepuasan (Content
Theory) yang memusatkan pada apa-nya
motivasi.
b.
Teori Motivasi Proses (Process
Theory) yang memusatkan pada bagaimana-
nya motivasi.
c. Teori
Pengukuhan (Reinforcement Theory)
yang menitikberatkan pada cara di mana perilaku dipelajari.
a.
Teori Kepuasan
Teori kepuasan mendasarkan pendekatannya
atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya
bertindak serta berperilaku dengan caratertentu. Teori ini memusatkan perhatian
pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung,
dan menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan
apa yang memuaskan seseorang dan apa yang mendorong semangat bekerja
seseorang.
Hal yang memotivasi semangat kerja
seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun
nonmateriil yang diperolehnya sebagai imbalan balas jasa dari jasa yang
diberikannya kepada perusahaan. Apabila materiil dan nonmateriil yang
diterimanya semakin memuaskan, semangat kerja seseorang akan semakin meningkat.
Jadi, pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak atau
semangat bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (inner needs-nya). Semakin
tinggi standar kebutuhan yang diinginkan, semakin giat orang itu bekerja.
Contoh: mahasiswa X butuh nilai A, ini mendorongnya untuk belajar lebih giat,
dibanding dengan mahasiswayang hanya ingin lulus dengan nilai C saja.
b.
Teori Motivasi Proses
Teori motivasi proses pada dasamya berusaha
menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan
menghentikan perilaku individu agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan
manajer. Apabila diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan proses sebab
dan akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya.
Jika bekerja baik saat ini, hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok. Jadi,
hasil yang akan dicapai tercermin pada bagaimana proses kegiatan yang dilakukan
seseorang.
Karena ego manusia yang selalu
menginginkan hasil yang baik-baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat
kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan.
Inilah sebabnya teori ini disebut teori harapan (expectancy
theory).
Apabila harapan
dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya.
Sebaliknya, jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas.
c.
Teori Pengukuhan
(Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab
dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi.Misalnya, promosi
tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan.Bonus kelompok
tergantung pada tingkat produksi kelompok.Sifat ketergantungan tersebut
bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku
itu.
Teori pengukuhan
terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1.
Pengukuhan positif (positive
reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi apabila
pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2.
Pengukuhan negatif (negative
reinforcement) yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi apabila
pengukuh negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi, prinsip pengukuhan selalu berhubungan
dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh suatu
stimulus yang bersyarat.Demikian juga, prinsip hukuman (punishment)
selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan (response)
diikuti oleh rangsangan yang bersyarat.
Hukuman ada dua
jenis, yaitu scbagai berikut.
1.
Hukuman dengan penghilangan (removal) terjadi apabila
suatu pengukuhanpositif dihilangkan secara bersyarat (misalnya kelambatan
seseorang menyebabkan kehilangan sejumlah uang dari upahnya).
2.
Hukuman dengan penerapan (application), terjadi apabila
suatu pengukuhan negatif diterapkan secara bersyarat (misalnya ditegur oleh
atasan, karena menjalankan tugas dengan jelek).
D.
PEMIMPIN DAN TEORI KEPEMIMPINAN
Pemimpin (leader
= head) adalah seseorang yang
mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk
mengeijakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan
Pancasila ialah kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila,
yang memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan memimpin masyarakat
lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang.Dasar 1945.
Aspek kepemimpinan Pancasila adalah sikap
konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila.(Semangat
kekeluargaan merupakan unsur penting dari kepemimpinan Pancasila.
Asas utama kepemimpinan Pancasila antara
lain sebagai berikut.
1.
Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya
seorang pemimpin haruslah mampu lewat sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang- orang yang dipimpinnya.
2.
Ing Madya Mangun Karsa,
artinya seorang pemimpin harus mampu mem- bangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
3.
Tut Wuri Handayani,
artinya seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Gaya kepemimpinan terbagi menjadi 4,
yaitu:
Kepemimpinan
Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap
berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan
keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak
diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan.
Falsafah
pemimpin ialah "bawahan adalah untuk pimpinan/atasan".Bawahan hanya
bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan pimpinan.Pemimpin
menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling
cakap.Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/ per jntah,
ancaman hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat.
Kepemimpinan
Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara
persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan
partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki
perusahaan.
Falsafah pemimpin ialah
"pimpinan (dia) adalah untuk bawahan". Bawahan harus beipartisipasi
memberikan saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran
atau ide yang diberikan bawahannya.Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management) dan desentralisasi
wewenang.
3) Kepemimpinan Delegatif.
Kepemimpinan
delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan
dengan agak lengkap.Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan
kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melak- sanakan pekerjaannya.
Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan
pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin
bersikap, menyerahkan, dan mengatakan kepada bawahan, "Inilah pekerjaan
yang harus Saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah Saudara bagaimana
mengerjakannya asal pekerjaan tersebutbisa diselesaikan dengan baik."
4) Kepemimpinan Situasional
Fokus pendekatan situasional terhadap
kepemimpinan terletak pada perilaku yang diobservasi atau perilaku nyata yang
terlifaat, bukan pada kemampuan atau potensi kepemimpinan yang dibawa sejak
lahir.Penekanan pendekatan situasional adalah pada perilaku pemimpin dan
anggota/pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif.
Menurut kepemimpinan situasional, tidak ada satu
pun cara yang terbaik untuk mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan mana
yang harus digunakan terhadap individu atau kelompok tergantung pada tingkat
kesiapan orang yang akandipengaruhi.Beberapa
faktor dalam situasi yang mempengaruhi efektivifas pemimpin adalah: pemimpin,
pengikut, rekan di posisi kunci, organisasi, tuntutan jabatan, dan waktu
pengambilan keputusan.
Gaya Pengambilan Keputusan
a.
Gaya Otoratif, diterapkan pada
situasi ketika manajer memiliki pengalaman dan informasi untuk menghasilkan
konklusi, sementara pengikut tidak memiliki kemampuan, kesediaan, dan keyakinan
untuk memecahkan masalah. Jadi, manajer harus membuat keputusan tanpa bantuan
pengikut.
Gaya ini mempersyaratkan perilaku direktif
dan pada situasi ketika hanya pemimpin yang memiliki informasi atau keahlian.
b.
Gaya Konsultatif, adalah strategi
yang tepat apabila manajer mengenali bahwa pengikut juga mempunyai beberapa
pengalaman atau pengetahuan tentang masalah dan bersedia memecahkan masalah
meskipun belum mampu. Dalam situasi ini strategi yang terbaik adalah memperoleh
masukan mereka, sebelum membuat keputusan final.
Dengan cara ini ada dua keuntungan atau
hasil yang segera didapat, yaitu kerja sama berbagi pengetahuan sehingga
meningkatkan keakuratan keputusan dan pemimpin memberi motivasi dan membantu
pengikut mengidentifikasi tujuan kelompok secara lebih jelas.
c.
Gaya Fasilitatif, merupakan upaya
kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerja sama mencapai keputusan bersama.
Dalam hal ini, pemimpin secara efektif memiliki komitmen terhadap diri sendiri
untuk berbagi dalam proses pengambilan keputusan. Gaya ini merupakan cara yang
sempuma manakala berhadapan dengan pengikut yang mampu, tetapi belum yakin akan
dirinya.
d.
Gaya Delegatfi. digunakan
terhadap pengikut yang memiliki tingkat kesiapan yang memiliki pengalaman dan
informasi yang diperlukan untuk keputusan atau rekomendasi yang layak.
Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB)
KKB adalah adanya musyawarah dan mufakat
antara pimpinan perusahaan dengan pimpinan serikat karyawan (buruh) dalam
memutuskan masalah yang menyangkut kebutuhan karyawan dan kepentingan
perusahaan.Dengan landasan musyawarah dan mufakat diharapkan tercipta integrasi
yang serasi dalam perusahaan. Karyawan menjadi partner kerja sama yang
baik bagi perusahaan.Misalnya: kenaikan gaji/upah, tunjangan hari raya,
pemecatan buruh, dll.
Problem KKB ialah seringkali pimpinan serikat
karyawan, bukannya memperjuangkan kebutuhan karyawan, tetapi diperalat oleh
pimpinan perusahaan untuk menekan kepentingan karyawan.Pada hakikatnya KKB
lebih banyak memberikan dampak positif daripada efek negatif dalam menciptakan
integrasi di perusahaan.Jadi, KKB sejalan dengan hubungan idustrial Pancasila
yang menekankan pada musyawarah dan mufakat untuk menetapkan keputusan.
Collective Bargaining
Collective Bargaining adalah adanya
perundingan antara pimpinan perusahaan dengan pimpinan serikat buruh
(karyawan) dalam menetapkan keputusan- keputusan yang menyangkut kepentingan
perusahaan dan kebutuhan buruh.Hal ini dilakukan agar tercipta integrasi yang
harmonis dan usaha-usaha untuk meng- hindari terjadinya konflik dalam
perusahaan.
Collective bargaining didasarkan atas
perundingan yang berarti adu kekuatan.siapa yang
mempunyai posisi kuat maka dialah yang banyak menentukan keputusan. Sedangkan
KKB didasarkan atas musyawarah dan mufakat dalam menetapkan
keputusan-keputusan, bukan atas adu kekuatan/posisi.
Collective bargaining dapat
diibaratkan seperti demokrasi Barat, sedangkan KKB seperti demokrasi Pancasila.Dalam
Hubungan Industrial Pancasila diterapkan KKB dan dianjurkan agar buruh diberi
kesempatan untuk ikut memiliki perusahaan dengan membeli saham.
anajemenSumber Daya
Manusia, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.Yogyakarta anajemen Sumber Daya Manusia, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar